Rabu 20 Dec 2023 06:39 WIB

Fenomena Alam Langka, Salju Turun di China Selatan

Umumnya salju yang turun di China bagian Selatan sangatlah sedikit.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Cuaca dingin yang melanda Tiongkok membawa hujan salju yang jarang terjadi hingga provinsi Guangdong di Selatan.
Foto: AP/Ng Han Guan
Cuaca dingin yang melanda Tiongkok membawa hujan salju yang jarang terjadi hingga provinsi Guangdong di Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cuaca dingin yang melanda China membawa hujan salju yang jarang terjadi hingga Provinsi Guangdong di Selatan, tempat salju umumnya terbatas pada daerah paling utara. Sementara itu, suhu di bagian utara yang dingin anjlok hingga mendekati titik terendah dalam sejarah untuk bulan ini.

Dalam sepekan cuaca dingin yang tak terduga, suhu telah jatuh ke titik terendah di bawah nol di daerah utara, mengganggu transportasi jalan, kereta api dan udara, bahkan menyebabkan kerusakan rem pada kereta komuter di ibukota Beijing.

Baca Juga

Lembaga prakiraan cuaca China pada awal November telah memperkirakan musim dingin yang lebih hangat tahun ini karena fenomena El Nino, sambil memperingatkan bahwa suhu dapat berfluktuasi setelah salah satu bulan Oktober terpanas dalam beberapa dekade.

Pada Senin, hujan salju menyelimuti puncak gunung di sebuah kota yang berjarak 80 kilometer di sebelah utara ibu kota Provinsi Guangzhou di tepi Pantai. Suhu turun hingga serendah 8 derajat Celcius di Guangzhou, dibandingkan dengan suhu awal musim dingin di provinsi ini yang biasanya mencapai dua digit, sementara suhu rata-rata di bulan Januari berkisar di angka 14 derajat Celcius Celcius.

Para pejabat Guangzhou mendesak tindakan pencegahan, terutama bagi kelompok lansia dan anak-anak yang mungkin rentan terhadap penyakit akibat gelombang dingin, seiring dengan datangnya musim dingin.

Di negara tetangga, Guangxi, di mana Presiden Xi Jinping pekan lalu menyerukan tanggap darurat habis-habisan, hujan es telah diramalkan akan turun di beberapa kota, termasuk Guilin. Pada Senin, hujan salju juga terlihat di pusat komersial Shanghai.

Di Beijing, suhu pada Senin pagi turun menjadi minus 15,5 derajat Celcius, mendekati titik terendah dalam sejarah pada tahun 1952 yaitu minus -17,7 derajat Celcius pada 20 Desember di tahun itu. Suhu terendah yang tercatat pada bulan Desember adalah minus 18,3 derajat Celcius.

Lembaga prakiraan cuaca memprediksi suhu rendah akan berlangsung hingga Kamis. Mongolia Dalam dan beberapa daerah di sekitar sungai Yangtze juga diprediksi akan lebih rendah 7 derajat Celcius dari biasanya.

Pada Senin, kota Hohhot di Mongolia Dalam, mengalami suhu terendah minus 23 derajat Celcius, sementara suhu merosot hingga minus -6 derajat Celcius di Zhengzhou, di provinsi tengah Henan.

Cuaca yang membeku juga telah menguji kapasitas pasokan panas di Zhengzhou. Menurut pemasok panas Zhengzhou, sistem pemanas kota telah berjalan pada batasnya, dan beberapa penduduk yang tinggal di komunitas tua mungkin masih mengalami penurunan kualitas pemanas.

“Hujan dan salju dapat menghantam bagian tengah dan bawah Sungai Yangtze dan bagian selatannya, termasuk beberapa bagian dari provinsi Anhui, Jiangsu dan Zhejiang serta Shanghai. Salju lebat lokal juga dapat terjadi,” demikian menurut lembaga prakiraan cuaca Tiongkok seperti dilansir Reuters, Rabu (20/12/2023).

Memanfaatkan cuaca di bawah titik beku, Harbin, sebuah kota di provinsi timur laut Heilongjiang, akan menjadi tuan rumah festival pahatan es terbesar yang pernah ada di sebuah taman yang terbentang seluas 810 ribu meter persegi. Lebih dari 1.000 lanskap es dan salju di taman ini dibuat dari sekitar 250 ribu meter kubik es dan salju yang diambil dari sungai Songhua yang membeku.

Namun, upaya untuk memanfaatkan cuaca dingin menyebabkan lebih dari 50 turis terjebak selama lebih dari dua jam pada Sabtu di kereta gantung di provinsi Zhejiang timur, setelah cuaca berangin memicu penghentian karena alasan keamanan.

“Semua tidak terluka meskipun kondisi di dalam kereta gantung sangat dingin,” kata media setempat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement