Rabu 20 Dec 2023 14:33 WIB

AS Ajak Cina Bergabung dengan Satgas Maritim di Laut Merah 

Houthi hanya akan menyerang kapal-kapal Israel atau yang berlayar menuju Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Pejuang Houthi berjalan melalui jalan di Sana, Selasa (12/12/2023).
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Pejuang Houthi berjalan melalui jalan di Sana, Selasa (12/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) disebut telah mengajak Cina untuk bergabung dalam satuan tugas (satgas) maritim di Laut Merah. Satgas tersebut dibentuk AS merespons serangan kelompok Houthi Yaman terhadap kapal-kapal komersial yang melintasi wilayah perairan tersebut.

“Cina tidak menolak kami,” ujar seorang diplomat AS yang membocorkan bahwa Washington mengajak Beijing bergabung dalam satgas maritim di Laut Merah, dikutip Al Arabiya, Selasa (19/12/2023).

Baca Juga

Dia berharap Cina bersedia bergabung dengan satgas maritim Laut Merah. “Akan sangat besar jika kita bisa mendapatkan persetujuan dari Cina,” ucapnya.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matt Miller turut mengomentari kemungkinan bergabungnya Cina dalam satgas maritim di Laut Merah. Dia mengatakan, Washington akan menyambut peran konstruktif yang dimainkan Beijing untuk mencegah serangan Houthi.

Menurut Miller, serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial yang melintasi perairan tersebut tak hanya merugikan kepentingan AS, tapi banyak negara lain, termasuk Cina. Belum ada komentar resmi dari Cina terkait kabar ajakan untuk bergabung dengan satgas maritim di Laut Merah.

Pada Senin (18/12/2023) lalu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan peluncuran Operation Prosperity Guardian (OPG). Dia mengatakan, OPG dibentuk sebagai respons atas serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah.

“Meningkatnya serangan Houthi yang berasal dari Yaman baru-baru ini mengancam kebebasan perdagangan, membahayakan pelaut yang tidak bersalah, dan melanggar hukum internasional,” ujar Austin.

Dia menambahkan, negara-negara yang berupaya menjunjung kebebasan navigasi perlu bersatu untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh aktor non-negara tersebut. Negara-negara yang tergabung dalam satgas maritim OPG antara lain Inggris, Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol.

Sementara itu, kelompok Houthi menyampaikan, pembentukan satgas maritim oleh AS dan sekutunya tidak akan mengubah sikap serta dukungan mereka untuk Palestina. “Posisi kami tidak akan berubah terhadap isu Palestina, baik aliansi angkatan laut dibentuk atau tidak,” kata pejabat Houthi, Mohammed Abdulsalam, kepada Reuters, Selasa (19/12/2023).

“Posisi kami dalam mendukung Palestina dan Jalur Gaza akan tetap ada hingga berakhirnya pengepungan, masuknya makanan dan obat-obatan, dan dukungan kami terhadap rakyat Palestina yang tertindas akan terus berlanjut,” kata Abdulsalam.

Terkait satgas maritim yang dibentuk AS di Laut Merah, Abdulsalam menegaskan bahwa Houthi hanya menyerang kapal-kapal Israel atau yang berlayar menuju Israel. Sementara itu, dalam sebuah wawancara dengan Aljazirah pada Senin (18/12/2023), anggota Politbiro Houthi, Mohammed Al-Bukhaiti, mengatakan, sebelum satgas maritim di Laut Merah dibentuk, AS sempat membangun kontak tidak langsung dengan Houthi.

Menurut Al-Bukhaiti, dalam kontak tak langsung tersebut, AS menyampaikan bahwa mereka tidak akan menghalangi upaya menuju perdamaian di Yaman. Namun sebagai imbalannya, AS meminta Houthi menghentikan operasi militernya di Laut Merah. “Kami dengan tegas menolak hal ini,” ujar Al-Bukhaiti.

Houthi telah meluncurkan serangan ke sejumlah kapal kargo komersial yang melintas di Laut Merah. Houthi mengklaim, mereka hanya menyerang kapal-kapal yang terkait dengan Israel atau menuju pelabuhan Israel. Sebab serangan tersebut merupakan bentuk dukungan Houthi terhadap perlawanan dan perjuangan Palestina. 

sumber : REUTERS
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement