Rabu 20 Dec 2023 15:31 WIB

Bayi Dua Pekan Tewas dalam Serangan Israel

Israel memasuki jaringan terowongan Hamas di Gaza utara sebagai pembersihan akhir,

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Warga Palestina mengeluarkan jenazah dari puing-puing bangunan tempat tinggal yang hancur akibat serangan udara Israel, di Rafah, Jalur Gaza selatan, Jumat, 15 Desember 2023.
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina mengeluarkan jenazah dari puing-puing bangunan tempat tinggal yang hancur akibat serangan udara Israel, di Rafah, Jalur Gaza selatan, Jumat, 15 Desember 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Tentara Israel menyerbu dan menahan staf dua rumah sakit terakhir yang masih berfungsi di bagian utara Gaza. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, tentaranya sedang bekerja untuk membersihkan militan Hamas.

Israel membombardir kota-kota di Gaza selatan dengan serangan udara, menewaskan sedikitnya 45 orang Palestina dan terus melanjutkan serangannya dengan dukungan dari Amerika Serikat (AS), meskipun muncul kekhawatiran dari dunia internasional. Gallant memperingatkan, serangan di selatan Gaza akan berlangsung selama berbulan-bulan.

Baca Juga

Di rumah sakit di kota Rafah, Mahmoud Zoarab mengucapkan selamat tinggal kepada kedua anaknya, satu laki-laki berusia dua tahun, dan seorang anak perempuan yang lahir dua pekanlalu. Keduanya terbunuh dalam serangan fajar di rumah mereka.

Terluka dalam serangan itu, ia meringis saat membuka kain kafan untuk melihat wajah mereka saat istri dan ibunya berdiri di samping tempat tidurnya. "Baru berusia dua minggu. Namanya bahkan belum didaftarkan," kata nenek anak-anak itu, Suzan Zoarab, Rabu (20/12/2023).

Berbicara mengenai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, ia menangis, "Apakah ia berpikir dengan membunuh anak-anak ini ia akan mencapai sesuatu? Apakah mereka sudah berhasil sekarang? Apakah ia mencapai apa yang dia inginkan?"

Gallant mengatakan pasukan Israel memasuki jaringan terowongan Hamas di Gaza utara sebagai bagian dari "pembersihan akhir" militan dari wilayah tersebut. Wilayah utara yang padat penduduk, termasuk Kota Gaza, menjadi medan pertempuran sengit antara tentara dan militan.

Pejabat kesehatan Palestina melaporkan beberapa hari terakhir puluhan orang tewas dalam pengeboman Israel. Pasukan Israel menyerbu sejumlah rumah sakit dan tempat penampungan di bagian utara, menahan sejumlah orang untuk mencari para militan dan mengusir orang-orang yang berlindung di sana.

Gallant mengatakan operasi militer Israel di Gaza selatan, akan memakan waktu "berbulan-bulan,". Termasuk serangan militer ke Khan Younis, kota terbesar kedua di wilayah itu. "Kami tidak akan berhenti sampai kami mencapai tujuan kami," katanya.

Setelah bertemu dengan para pejabat Israel pada Senin (18/12/2023) lalu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mendesak Israel untuk melindungi warga sipil. Tetapi menegaskan kembali dukungan AS untuk Israel dalam perang melawan Hamas, dan mengatakan ia "tidak berada di sini untuk mendikte jadwal atau persyaratan pertempuran."

Pernyataan Austin mengisyaratkan, AS akan terus melindungi Israel dari desakan masyarakat internasional  untuk melakukan gencatan senjata. Sebelumnya dilaporkan Dewan Keamanan PBB kembali menunda pemungutan suara dan akan terus memberikan bantuan untuk salah satu kampanye militer paling mematikan di abad ke-21 ini. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement