REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Hampir 69 tahun yang lalu, tepatnya 18 April 1955, Indonesia menggelar Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung. Forum itu adalah forum konsolidasi negara-negara baru untuk mengingatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar menjalankan prinsip-prinsip Piagam PBB dengan sungguh-sungguh.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengatakan pada waktu itu Presiden Sukarno atau Bung Karno juga sempat
menyampaikan ia ingin menggelar konferensi yang lebih besar yang melibatkan bukan hanya Asia dan Afrika, tapi juga Amerika Latin.
"Beliau bilang setelah A-A (Asia-Afrika) saya mau A-A-A (Asia-Afrika-Amerika Latin), tapi konferensi A-A-A itu belum sempat terlaksana," ujar Gus Yahya saat ditemui di sela-sela acara pembukaan Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu (20/12/2023).
Lalu, sekarang ini Gus Yahya melihat dunia masih bergerak ke arah pertarungan untuk merebut dominasi di antara kuatan-kuatan global yang besar. Bahkan, menurut dia, sampai hari ini tragedi-tragedi kemanusiaan masih terus saja terjadi.
Karena itu, Gus Yahya ingin mewujudkan keinginan Soekarno tersebut dengan menggelar Konferensi Asia Afrika dan Amerika Latin pada 2024 mendatang. Lewat konferensi ini, Gus Yahya berharap bisa menyelesaikan berbagai masalah kemanusiaan di dunia saat ini.
Untuk menuju acara itu, PBNU pun menggelar Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin bersama Kemenag yang berlangsung selama tiga hari, yakni pada 20-22 Desember 2023 di Gedung Merdeka dan Hotel Savoy Homann, Bandung. Menurut Gus Yahya, acara ini sebagai pijakan untuk menuju Konferensi Asia Afrika dan Amerika Latin pada 2024 mendatang.
"Jadi yang hari ini kita lakukan sekarang ini, kita mau mulai diskusi untuk menuju Konferensi Asia Afrika Amerika Latin yang sesungguhnya. Jadi ini ini belum. Jadi kita baru mau persiapan ini, karena KTT-nya itu nanti kan harus para pemimpin negara yang kita undang," ucap Gus Yahya.
Dia pun mengajak kepada semua pihak untuk melakukan konsolidasi internasional sehingga kekacauan yang terjadi di dunia sekarang bisa teratasi.
"Mari kita bekerja untuk mengupayakan peran yang sungguh-sungguh bermakna bagi Indonesia dalam percaturan global ini dan melakukan konsolidasi internasional untuk menghentikan kekacauan yang memakan korban manusia yang begitu banyak, menghentikan tragedi-tragedi kemanusiaan yang terus menerus terjadi hanya untuk persaingan dominasi di antara kuatan-kuatan global," kata Gus Yahya.
Kepala Balitbang Diklat Kemenag Prof Suyitno menambahkan, para delegasi yang hadir dalam Konferensi Moderasi Beragama tersebut diharapkan nantinya bisa mengundang pejabat tinggi negaranya untuk hadir pada Konferensi Asia Afrika dan Amerika Latin pada 2024 mendatang.
"Mudah-mudahan pesan-pesan dari konferensi terutama dari apa ya yang kita diskusikan tentang pengalaman, tentang berbagai diskusi yang berkembang di ruang sidang diskusi itu bisa menjadi catatan utama untuk dibahas lebih lanjut di konferensi tahun depan (KAAA)," ujar Prof Suyitno.