Rabu 20 Dec 2023 16:50 WIB

PBNU Kembali Gelar Halaqah Fikih Peradaban Jilid II, Bahas Perdamaian Dunia  

Perdamaian dunia menjadi tanggung jawab semua termasuk ulama

Rep: Rahmat Fajar / Red: Nashih Nashrullah
Halaqah Fikih Peradaban Jilid II yang Diselenggarakan PBNU, di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (20/12/2023).
Foto: Dok. Republika
Halaqah Fikih Peradaban Jilid II yang Diselenggarakan PBNU, di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (20/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO— Halaqah Fikih Peradaban Jilid II Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) digelar di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Rabu (20/12/2023). 

Mengangkat tema "Fikih Perdamaian: Reposisi Peran Islam dalam Merespons Isu-Isu Geopolitik Internasional" NU ingin menegaskan perhatiannya terhadap isu perdamaian dunia.

Baca Juga

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH Moh Zuhri Zaini mengungkapkan bagaimana peran NU dan pesantren dalam meminimalkan tindakan kekerasan dan terorisme di Indonesia. Halaqah ini selain ajang silaturahim juga untuk menyamakan persepsi tentang berbagai isu.

"Ini penting agar tidak terjadi ikhtilaf, meskipun ikhtilaf itu suatu yang normal akan tetapi jangan sampai iftiraq," ujar Kiai Zuhri dalam sambutannya.

Kiai Zuhri mengatakan masyarakat global sedang menghadapi cobaan yang berkaitan dengan kekerasan berujung terorisme. Menurutnya ini suatu masalah yang sangat besar yang bisa merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan dalam beragama. 

"Oleh karena itu sudah selayaknya kita berupaya untuk minimal meskipun tidak meniadakan masalah kekerasan dan terorisme tersebut baik dalam kelompok, individu maupun negara," katanya.

Kiai Zuhri menambahkan upaya perdamaian harus terlebih dahulu dilakukan dalam lingkup organisasi sendiri seperti NU. Harapannya nanti bisa menyebar lebih luas lagi. 

Sebab jika hanya saling menunggu dikhawatirkan kekerasan akan kian tak terkendali. "Harapannya menyebar dari kita ke yang lebih luas lagi," katanya.

Pengasuh Pondok Pesantren An-Nadwah, Besuki, KH Zainul Mu'ien membantah anggapan bahwa fikih tidak responsif terhadap persoalan masyarakat. Justru sebaliknya, fikih telah menunjukkan responsifnya seperti ditemukan dalam fikih jihad.

Fikih Jihad, kata Kiai Zainul, akhir-akhir ini menjadi perbincangan menyusul perang yang terjadi antara Hamas, Palestina dan zionis Israel. Para ulama telah membahas mengenai langkah yang harus dilakukan salah satunya embargo ekonomi terhadap produk-produk Israel atai berafiliasi dengan Israel.

"Negara-negara Islam sepakat embargo ekonomi. Dikuatkan fatwa MUI. Sayangnya fatwa MUI tidak mengikat," ujar Kiai Zainul dalam Halaqah Fikih Peradaban II, di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Rabu (20/12/2023).

Baca juga: Di Tempat Inilah Kelak Nabi Isa akan Kembali Turun di Bumi dan Pesan Rasulullah SAW

Kiai Zainul mengeklaim langkah memboikot produk-produk Israel cukup efektif memperlemah mereka secara ekonomi. Kiai Zainul tak menampik bahwa memboikot produk Israel akan penuh risiko yakni terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun pemboikotan tersebut demi kepentingan yang lebih besar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement