REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf mengatakan Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin menjadi pembuka untuk penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tiga benua yang rencananya digelar tahun depan.
"Jadi ini belum. Jadi kita baru mau persiapan ini, karena KTT-nya itu nanti. Kan harus para pemimpin negara yang kita undang," ujar Yahya Cholil Staquf di Bandung, Jawa Barat, Rabu.
Pria yang akrab disapa Gus Yahya ini mengatakan penyelenggaraan Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin ini menjadi perwujudan dari keinginan Presiden Pertama RI Soekarno.
Soekarno, kata Gus Yahya, ingin penyelenggaraan konferensi yang tidak hanya melibatkan negara di dua benua saja pasca-pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA), tetapi termasuk Amerika Latin yang sama-sama dianggap sebagai negara dunia ketiga.
"Dan pada waktu itu Bung Karno sempat menyampaikan bahwa beliau ingin konferensi yang lebih besar yang melibatkan bukan hanya Asia dan Afrika, tapi juga Amerika Latin.
Beliau bilang setelah AA (Asia Afrika) Saya mau A-A (Asia Afrika dan Amerika Latin), tapi konferensi AAA itu belum sempat terlaksana," kata dia.
Menurut dia, penyelenggaraan Konferensi Moderasi Beragama menjadi strategis. Pasalnya, lanjut dia, saat ini dunia masih bergerak ke arah pertarungan untuk merebut dominasi di antara kekuatan-kekuatan global.
Maka, kata dia, Konferensi Moderasi Beragama adalah momentum yang penting bagi seluruh dunia untuk melakukan sesuatu yang lebih besar dalam mewujudkan perdamaian di dunia.
"Mari kita bekerja untuk mengupayakan peran yang sungguh-sungguh bermakna bagi Indonesia dalam percaturan global ini," katanya.
"Dan melakukan konsolidasi internasional untuk menghentikan kekacauan-kekacauan yang memakan korban manusia, menghentikan tragedi-tragedi kemanusiaan yang terus terjadi," ujar Gus Yahya.
Sementara itu Kepala Badan Litbang Kementerian Agama (Kemenag) Amien Suyitno mengatakan Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin menjadi preliminary dari KTT yang sesungguhnya pada 2024.
Menurutnya, hasil diskusi antara delegasi yang hadir dalam konferensi ini akan menjadi catatan untuk dibahas lebih lanjut pada konferensi tahun depan.
"Semua delegasi yang ini hadir, kemudian tahun depan bisa mengundang dan menghadirkan para Menlu, bahkan para kepala negara, Insya Allah," katanya.