Rabu 20 Dec 2023 19:17 WIB

Fikih Tunjukkan Responsnya Terhadap Problematika Umat, Termasuk Boikot Produk Israel

Fikih akan tetap dinamis menjadi solusi untuk umat

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Nashih Nashrullah
Halaqah Fikih Peradaban Jilid II yang Diselenggarakan PBNU, di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (20/12/2023).
Foto: Dok. Republika
Halaqah Fikih Peradaban Jilid II yang Diselenggarakan PBNU, di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (20/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,  PROBOLINGGO— Pengasuh Pondok Pesantren An-Nadwah, Besuki, KH Zainul Mu'ien membantah anggapan bahwa fikih tidak responsif terhadap persoalan masyarakat. Justru sebaliknya, fikih telah menunjukkan responsifnya seperti ditemukan dalam fikih jihad.

Fikih Jihad, kata Kiai Zainul, akhir-akhir ini menjadi perbincangan menyusul perang yang terjadi antara Hamas, Palestina dan zionis Israel. Para ulama telah membahas mengenai langkah yang harus dilakukan salah satunya embargo ekonomi terhadap produk-produk Israel atai berafiliasi dengan Israel.

Baca Juga

"Negara-negara Islam sepakat embargo ekonomi. Dikuatkan fatwa MUI. Sayangnya fatwa MUI tidak mengikat," ujar Kiai Zainul dalam Halaqah Fikih Peradaban II, di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Rabu (20/12/2023).

Kiai Zainul mengeklaim langkah memboikot produk-produk Israel cukup efektif memperlemah mereka secara ekonomi. Kiai Zainul tak menampik bahwa memboikot produk Israel akan penuh risiko yakni terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun pemboikotan tersebut demi kepentingan yang lebih besar.

Dia menambahkan terdapat sisi positif dan negatif dari pemboikotan produk Israel. Sisi positif yakni mulai banyak negara yang ikut memboikot. Adapun sisi negatifnya adalah terjadi banyak PHK. "Ya pemerintah tidak boleh diam," katanya.

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH Moh Zuhri Zaini mengungkapkan bagaimana peran NU dan pesantren dalam meminimalkan tindakan kekerasan dan terorisme di Indonesia. Halaqah ini selain ajang silaturahim juga untuk menyamakan persepsi tentang berbagai isu.

"Ini penting agar tidak terjadi ikhtilaf, meskipun ikhtilaf itu suatu yang normal akan tetapi jangan sampai iftiraq," ujar Kiai Zuhri dalam sambutannya.

Kiai Zuhri mengatakan masyarakat global sedang menghadapi cobaan yang berkaitan dengan kekerasan berujung terorisme. Menurutnya ini suatu masalah yang sangat besar yang bisa merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan dalam beragama. 

"Oleh karena itu sudah selayaknya kita berupaya untuk minimal meskipun tidak meniadakan masalah kekerasan dan terorisme tersebut baik dalam kelompok, individu maupun negara," katanya.

Baca juga:  Di Tempat Inilah Kelak Nabi Isa akan Kembali Turun di Bumi dan Pesan Rasulullah SAW

 

Kiai Zuhri menambahkan upaya perdamaian harus terlebih dahulu dilakukan dalam lingkup organisasi sendiri seperti NU. Harapannya nanti bisa menyebar lebih luas lagi. 

Sebab jika hanya saling menunggu dikhawatirkan kekerasan akan kian tak terkendali. "Harapannya menyebar dari kita ke yang lebih luas lagi," katanya.

Halaqah ini diharapkan akan mampu membuka khazanah berfikir para peserta yang terdiri dari 70 pengasuh Pondok Pesantren di wilayah kota dan kabupaten Probolinggo serta 30 akademisi dari berbagai lembaga pendidikan tentang sensitivitas sosial dan gerakan bersama memerangi tindakan kekerasan yang dapat berujung pada aksi terorisme serta kepedulian terhadap kondisi yang menimpa saudara seiman kita di Gaza Palestina.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement