Rabu 20 Dec 2023 20:14 WIB

Putin Perkuat Serangan Selama Musim Dingin

Militer Ukraina perlu menyusun kembali dan meregenerasi efektivitas tempurnya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Seorang pria berjalan di jalan saat hujan salju lebat di Moskow, Rusia, Senin, 4 Desember 2023. Rekor hujan salju melanda ibu kota Rusia menambah 10 cm (3,9 inci) salju yang sudah tinggi dan menyebabkan gangguan pada bandara ibu kota dan jalan raya.
Foto: Denis Voronin/Moscow News Agency via AP
Seorang pria berjalan di jalan saat hujan salju lebat di Moskow, Rusia, Senin, 4 Desember 2023. Rekor hujan salju melanda ibu kota Rusia menambah 10 cm (3,9 inci) salju yang sudah tinggi dan menyebabkan gangguan pada bandara ibu kota dan jalan raya.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Setelah menumpulkan serangan balasan Ukraina sejak musim panas, Rusia membangun sumber dayanya untuk tahap berikutnya dalam perang di Ukraina selama musim dingin. Perang musim dingin dapat melibatkan upaya Rusia untuk memperluas keuntungannya di timur dan memberikan pukulan yang signifikan terhadap infrastruktur vital negara tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin tampaknya berharap tekanan militernya tidak berhenti, dikombinasikan dengan perubahan dinamika politik Barat dan fokus global pada perang Israel-Hamas, akan menguras dukungan untuk Ukraina dalam perang yang telah berlangsung hampir dua tahun dan memaksa Kiev untuk tunduk pada tuntutan Moskow.

Baca Juga

"Sejauh menyangkut kepemimpinan Rusia, konfrontasi dengan Barat telah mencapai titik balik. Serangan balasan Ukraina telah gagal, Rusia lebih percaya diri dari sebelumnya, dan retakan dalam solidaritas Barat menyebar," kata peneliti senior di Carnegie Russia Eurasia Center, Tatiana Stanovaya, Rabu (20/12/2023).

Paket bantuan Amerika Serikat (AS) untuk Ukraina terhenti di Kongres karena Partai Republik bersikeras untuk mengaitkan lebih banyak uang dengan perubahan keamanan perbatasan AS-Meksiko yang ditolak Partai Demokrat. Pekan lalu Uni Eropa gagal menyepakati paket bantuan keuangan senilai 54 miliar dolar AS yang sangat dibutuhkan Ukraina.

Di tengah tanda-tanda dukungan Barat yang mulai berkurang, Rusia telah meningkatkan tekanannya terhadap pasukan Ukraina di beberapa bagian dari garis depan sepanjang lebih dari 1.000 kilometer. "Militer Rusia sejak Oktober telah mencoba untuk mengambil inisiatif di garis depan di beberapa daerah," kata ahli militer dari Carnegie Endowment, Michael Kofman.

Ia mengatakan, militer Ukraina perlu menyusun kembali dan meregenerasi efektivitas tempurnya setelah serangan balasan yang melelahkan selama lima bulan. "Pasukan Ukraina, meskipun termotivasi, kelelahan, mereka kehilangan banyak unit tempur. Mereka kehilangan banyak pasukan yang mampu menyerang," kata Kofman dalam salah satu podcast baru-baru ini.

Rusia berhasil mempertahankan tekanan yang stabil di Kota Kupiansk di timur laut, pusat kereta api yang strategis dan penting yang direbut Moskow pada awal perang dan kemudian hilang dalam serangan balasan Ukraina pada September 2022.

Sementara pasukan Rusia gagal mendapatkan keuntungan yang signifikan di daerah tersebut, Ukraina harus mempertahankan kekuatan yang signifikan untuk melindungi kota tersebut.

Mulai awal Oktober, pasukan Rusia juga  melancarkan serangan di sekitar Avdiivka,  kota di dekat Donetsk, pusat wilayah yang direbut  pemberontak yang didukung Moskow pada tahun 2014 dan dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada 2022 bersama tiga wilayah Ukraina lainnya. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement