REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Jalur Gaza kembali menghadapi pemadaman total layanan telekomunikasi, termasuk internet, Rabu (20/12/2023). Hal itu disebabkan oleh terus berlanjutnya agresi Israel yang turut menargetkan infrastruktur sipil.
Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan, ini merupakan kali keenam Gaza menghadapi pemadaman total layanan telekomunikasi sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober 2023. Untuk pemadaman terbaru, Direktur Eksekutif Otoritas Regulasi Telekomunikasi Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi Palestina, Laith Daraghmeh, menjelaskan melalui panggilan telepon dengan WAFA bahwa pasukan Israel menghancurkan generator yang menggerakkan divisi utama dari Khan Younis, di selatan Jalur Gaza.
“Daraghmeh menjelaskan, serangan udara Israel mengebom jaringan serat optik, jalur akses internet utama di Jalur Gaza, setelah mereka mengebomnya dua hari lalu,” tulis WAFA dalam laporannya.
Daraghmeh mengungkapkan, dibutuhkan waktu 10 jam berturut-turut untuk memperbaiki kerusakan pada jaringan serat optik. Hal itu karena akses menuju ke sana sulit akibat hancurnya jalanan oleh serangan-serangan udara Israel.
Dalam siaran pers singkatnya, perusahaan telekomunikasi Ooredoo juga mengumumkan bahwa mereka menutup layanan di tengah dan selatan Jalur Gaza. Namun Ooredoo masih mempertahankan sebagian layanannya di utara.
Bulan lalu, Perusahaan Telekomunikasi Palestina (Paltel Group) sempat mengumumkan gangguan total pada jaringan telepon rumah, seluler, dan internet di seluruh Jalur Gaza. Paltel Group merupakan penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Palestina.
“Kami dengan menyesal mengumumkan bahwa semua layanan telekomunikasi di Jalur Gaza tidak berfungsi karena semua sumber energi yang menopang jaringan telah habis, dan bahan bakar tidak diperbolehkan masuk,” kata Paltel Group dalam sebuah pernyataan pada 16 November 2023 lalu, dikutip WAFA.
Sebelumnya Paltel Group telah menyampaikan bahwa pusat data utama dan saklar di Jalur Gaza ditutup secara bertahap akibat habisnya bahan bakar. Elemen jaringan utama hanya bergantung pada baterai. Sejak melancarkan agresi pada 7 Oktober 2023 lalu, Israel sempat melarang adanya pasokan atau pengiriman bahan bakar ke Gaza. Selain itu, Israel pun memotong aliran listrik ke wilayah yang telah diblokadenya selama 16 tahun tersebut.
Saat ini pertempuran masih berlangsung di utara dan selatan Gaza. Namun Israel lebih mengintesifkan serangannya ke wilayah selatan. Hingga Rabu kemarin, jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel telah menembus 20 ribu jiwa.
Sementara korban luka hampir mencapai 53 ribu orang. Jumlah itu dihitung sejak Israel memulai agresinya ke Gaza pada 7 Oktober 2023.