Kamis 21 Dec 2023 18:05 WIB

Mesir Terus Mediasi Gencatan Senjata, Hamas dan Israel Tegaskan Tuntutan

Hamas menegaskan tidak akan menyepakati apa pun sampai Israel mengakhiri serangannya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Gita Amanda
Tentara Israel dengan kendaraan tempur lapis baja berkumpul dekat perbatasan dengan Jalur Gaza. Hamas menegaskan tidak akan menyepakati apa pun sampai Israel mengakhiri serangan. (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Tentara Israel dengan kendaraan tempur lapis baja berkumpul dekat perbatasan dengan Jalur Gaza. Hamas menegaskan tidak akan menyepakati apa pun sampai Israel mengakhiri serangan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Amerika Serikat (AS) mengatakan negosiasi "sangat serius" untuk mencapai kesepakatan baru gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza sedang dilakukan. Tapi hasil diskusi masih belum pasti karena Hamas menegaskan tidak akan menyepakati apa pun sampai Israel mengakhiri serangannya ke Gaza.

Pada Rabu (20/12/2023) kemarin, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh berkunjung ke Mesir untuk pertama kalinya dalam satu bulan. Ia berdiskusi dengan pejabat Mesir yang ingin memediasi gencatan senjata baru di Gaza.

Baca Juga

Sumber yang menerima pengarahan mengenai diskusi itu mengatakan negosiasi baru dapat menghasilkan pembebasan sandera Israel yang ditawan Hamas dan dibebaskannya tahanan Palestina di penjara Israel.

Milisi bersenjata yang lebih kecil dari Hamas di Gaza, Islam Jihad mengatakan pemimpinnya akan berkunjung ke Mesir dalam beberapa hari ke depan untuk membahas kemungkinan pembebasan sandera dan mengakhiri perang. Islam Jihad juga menyandera sejumlah tawanan di Gaza.

"Ini adalah diskusi dan negosiasi yang sangat serius, dan kami berharap mereka mengarah ke suatu tempat," kata juru bicara Gedung Putih John Kirby kepada para wartawan di dalam pesawat Air Force One pada Rabu kemarin.

Namun penasihat media Haniyeh, Taher Al-Nono mengatakan  Hamas tidak bersedia membahas pembebasan lebih banyak lagi sandera Israel. Hingga Israel mengakhiri kampanye militernya di Gaza dan volume bantuan kemanusiaan untuk warga sipil Palestina bertambah.

"Masalah tawanan dapat dinegosiasikan setelah dua hal ini tercapai. Kami tidak bisa membicarakan negosiasi sementara Israel terus melanjutkan agresinya. Membahas proposal apapun yang berkaitan dengan tawanan harus dilakukan setelah agresi dihentikan," kata  Nono di Kairo, dikutip dari laman Reuters.

Hamas menolak jeda pertempuran sementara saat Israel terus menggempur Gaza. Kelompok itu mengatakan mereka hanya akan membahas gencatan senjata permanen.

"Kami sudah  berbicara dengan saudara-saudara kami di Mesir, menguraikan sikap kami terhadap agresi ini dan kebutuhan mendesak untuk menghentikannya sebagai prioritas utama," kata Nono.

Sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan Israel bersikeras semua wanita dan pria yang lemah di antara para sandera harus dibebaskan. Warga Palestina yang dihukum karena melakukan pelanggaran berat bisa jadi masuk dalam daftar tawanan yang akan dibebaskan Israel.

Pengeboman Israel sebagai balasan serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu sudah memasuki pekan ke-10. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan korban jiwa akibat serangan Israel sudah mencapai 20 ribu orang lebih.

Diyakini masih terdapat ribuan jenazah yang masih tertimbun reruntuhan bangunan yang ambruk akibat tembakan dan serangan udara Israel. Organisasi kemanusiaan internasional mengatakan 2,3 juta warga Gaza berada di ujung bencana kemanusiaan.

Sekitar 90 persen populasi Palestina di Gaza terpaksa mengungsi. Selain itu banyak pengungsi yang kelaparan dan tidak memiliki akses ke listrik dan air bersih. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement