Kamis 21 Dec 2023 22:49 WIB

Rusia dan Dunia Arab Serukan Pembentukan Format Mediasi Multilateral untuk Isu Palestina 

Menteri Israel Amihay Eliyahu mengomentari pertempuran Israel-Palestina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Muhammad Hafil
Bendera Israel (ilustrasi)
Foto: Antara
Bendera Israel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,RABAT – Rusia dan negara-negara Arab menyerukan pembentukan format mediasi multilateral untuk menyelesaikan isu Palestina. Hal itu disampaikan dalam pernyataan bersama yang dirilis pasca perhelatan Russian-Arab Cooperation Forum (RACF) ke-6 yang digelar di Marrakesh, Maroko.

“(Para menteri luar negeri negara Arab dan Rusia) mendesak intensifikasi upaya diplomasi internasional (untuk penyelesaian isu Palestina), dalam hal ini melalui pembentukan format mediasi multilateral dengan peran utama negara-negara Timur Tengah, negara-negara Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam,” kata para menteri luar negeri dalam sebuah pernyataan bersama, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Dalam pernyataan bersama tersebut, mereka juga menyatakan dukungan terhadap upaya Mesir, Qatar, dan Arab Saudi untuk menyelesaikan konflik di Gaza, termasuk menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di wilayah tersebut. Selain itu, para menteri luar negeri yang berpartisipasi dalam perhelatan RACF ke-6 menyerukan agar Israel bergabung dengan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir atau Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT).

“(Para menteri luar negeri Arab-Rusia) menyerukan kepada Israel, dan negara-negara lain yang tidak patuh, untuk segera menyetujui perjanjian (NPT) tersebut sebagai negara non-nuklir, selain menekankan dukungan terhadap semua upaya yang bertujuan untuk mencapai tujuan akhir yaitu dunia yang bebas dari segala jenis senjata pemusnahan massal,” kata mereka.

Dalam sebuah wawancara dengan Kol Berama Radio pada 5 November 2023 lalu, Menteri Warisan Budaya Israel Amihay Eliyahu mengomentari pertempuran antara Israel dan Hamas yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Eliyahu sempat ditanya, apakah bom nuklir harus dijatuhkan ke Gaza. “Itu salah satu caranya,” ujarnya menjawab pertanyaan tersebut.

Komentar Eliyahu kemudian menjadi berita utama di media-media Arab. Sebelum Eliyahu melontarkan pernyataannya, Israel tak pernah mengakui secara resmi bahwa mereka memiliki senjata nuklir. Namun dugaan kepemilikan senjata nuklir oleh Israel sudah lama berembus.

Karena pernyataannya menuai kecaman luas dari publik Arab, tak terkecuali kelompok Hamas dan Jihad Islam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memutuskan menangguhkan Eliyahu dari jabatannya sebagai menteri warisan budaya Israel. Netanyahu pun menegaskan bahwa komentar Eliyahu tentang bom nuklir tidak berdasarkan kenyataan.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova sempat menyampaikan bahwa pernyataan Amihay Eliyahu mengonfirmasi kepemilikan senjata nuklir oleh Israel. “Dengan latar belakang kebijakan historis Israel yang tidak menentu mengenai kepemilikan senjata nuklirnya, pernyataan-pernyataan ini tidak hanya secara jelas mengkonfirmasi keberadaan senjata-senjata tersebut di negara ini, tapi juga menunjukkan kesiapan untuk secara serius mempertimbangkan kemungkinan menggunakannya dalam skenario yang sepenuhnya tidak pantas,” kata Zakharova dalam sebuah pernyataan, dikutip TASS, 9 November 2023 lalu.

“Ini adalah alasan yang serius untuk memikirkan bagaimana nasib perwakilan Israel yang berpikiran ekstremis, karena mereka menyadari bahwa mereka dapat melakukan apa pun dalam kondisi dukungan yang tidak terbatas dari Barat,” tambah Zakharova. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement