Jumat 22 Dec 2023 13:21 WIB

Indonesia-Tunisia Sepakat Terus Bela Rakyat Palestina 

Hingga saat ini Israel masih terus membombardir Gaza.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Warga Palestina mengantri untuk mendapatkan makanan gratis di Rafah, Jalur Gaza, Jumat (22/12/2023). Badan bantuan internasional mengatakan Gaza menderita kekurangan makanan, obat-obatan, dan pasokan pokok lainnya akibat perang dua setengah bulan.
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina mengantri untuk mendapatkan makanan gratis di Rafah, Jalur Gaza, Jumat (22/12/2023). Badan bantuan internasional mengatakan Gaza menderita kekurangan makanan, obat-obatan, dan pasokan pokok lainnya akibat perang dua setengah bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi telah melakukan kunjungan ke Tunisia. Dalam lawatan itu, dia mengadakan pertemuan bilateral dengan Menlu Tunisia Nabil Ammar. Selain itu, Retno memperoleh kesempatan melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Tunisia Kais Saied dan Perdana Menteri Tunisia Ahmed Hachani.

Pada masing-masing pertemuan, salah satu isu yang dibahas oleh Retno adalah terkait perkembangan situasi di Jalur Gaza. Dia mengatakan, Indonesia dan Tunisia memiliki posisi yang sama terkait Palestina. “Indonesia dan Tunisia sepakat untuk terus melakukan kolaborasi dalam membela keadilan dan kemanusiaan untuk rakyat Palestina,” ujar Retno dalam keterangan persnya, Jumat (22/12/2023).

Baca Juga

Menlu mengungkapkan, setiap hari jumlah warga sipil yang terbunuh, baik di Jalur Gaza maupun Tepi Barat, terus bertambah. Dia menegaskan, kekejaman Israel harus dihentikan dan gencatan senjata sangat diperlukan. “Indonesia tidak akan berhenti untuk membela keadilan dan kemanusiaan bagi rakyat Palestina. Dan Tunisia memiliki pandangan yang sama,” kata Retno.

Hingga saat ini, Israel masih terus membombardir Gaza. Jumlah warga Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel telah menembus 20 ribu jiwa. Sementara korban luka melampaui 52 ribu orang.

Jumlah itu dihitung sejak dimulainya serangan Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023. Pada Kamis (21/12/2023) kemarin, Israel melakukan pengeboman intensif di wilayah utara Gaza. Pesawat tempur Israel kemudian menjatuhkan bom di wilayah tengah dan selatan Gaza.

Sebagai respons, Hamas meluncurkan sejumlah roket ke wilayah Israel, termasuk Tel Aviv. Kendati sempat memicu sirene peringatan, tapi sistem pertahanan udara Israel berhasil menangkis serangan roket tersebut. Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dilaporkan masih berada di Kairo, Mesir, untuk merundingkan gencatan senjata dengan Israel.

Namun pada saat bersamaan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan akan terus melanjutkan peperangan di Gaza. Netanyahu menegaskan, perang di Gaza hanya akan berakhir ketika Hamas berhasil ditumpas. “Menyerah atau mati,” ujar Netanyahu dalam pernyataannya yang ditujukan kepada para pemimpin Hamas, Rabu (20/12/2023) lalu.

Hamas mengatakan faksi-faksi Palestina telah mengambil sikap bersama, tidak boleh ada pembicaraan tentang pertukaran sandera dengan tahanan, kecuali Israel menghentikan agresinya ke Gaza. Pada 24 November hingga 1 Desember 2023 lalu, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan.

Selama periode tersebut, kedua belah pihak melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera. Hamas membebaskan 105 sandera. Mereka terdiri dari 80 warga Israel dan sisanya adalah warga asing. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 210 tahanan Palestina.

 

 

 

Pada 9 Desember 2023 lalu, Israel mengatakan Hamas masih menahan 137 sandera di Gaza. Para sandera diculik Hamas ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023. Sementara itu Hamas menolak terlibat dalam negosiasi pembebasan sandera dengan Israel sebelum agresi di Jalur Gaza dihentikan total. Hamas pun menuntut Israel mengikuti persyaratan yang diajukannya. (Kamran Dikarma)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement