Jumat 22 Dec 2023 15:43 WIB

Desa Devisa Kakao Nglanggran Gunungkidul Bidik Pasar Ekspor

Secara total, luas perkebunan kakao di Doga hanya seluas 10,5 hektare.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fernan Rahadi
Ketua Koperasi Kakao Amanah Doga Sejahtera, Ahmad Nasrodin di Dusun Doga, Desa Nglanggran, Kabupaten Gunungkidul. Dusun Doga menjadi Desa Devisa binaan LPEI.
Foto: Republika/Idealisa Masyrafina
Ketua Koperasi Kakao Amanah Doga Sejahtera, Ahmad Nasrodin di Dusun Doga, Desa Nglanggran, Kabupaten Gunungkidul. Dusun Doga menjadi Desa Devisa binaan LPEI.

REPUBLIKA.CO.ID, WONOSARI -- Meskipun dikenal sebagai penghasil kakao, Dusun Doga, di Nglanggeran, Kabupaten Gunungkidul, DIY belum mendapatkan keuntungan yang lebih dari tanaman pertanian ini. Sebab, kakao yang dihasilkan belum diolah sedemikian rupa agar memiliki nilai jual tinggi.

Padahal, kakao dari kebun di Dusun Doga, sangat disukai oleh pengolah coklat asal Swiss yang berbasis di Yogyakarta. "Kakao kami jadi bahan baku cokelat Monnier, padahal kami belum bisa memasok sebanyak permintaan mereka," ungkap Ketua Koperasi Amanah Doga Sejahtera, Ahmad Nasrodin saat kunjungan media gathering, Kamis (21/12/2023).

Menurut Ahmad, para petani kakao di sini tidak memiliki luas lahan yang besar atau petani gurem. Secara total, luas perkebunan kakao di Doga hanya seluas 10,5 hektare atau setara dengan sekitar 5326 pohon kakao, dan per tahunnya mampu memproduksi 20 ton kakao.

Akan tetapi, ia mengakui kalau kakao yang mereka hasilkan masih belum maksimal. Kendalanya, tanaman kakao dianggap kurang menghasilkan karena harga jualnya yang masih rendah.