Jumat 22 Dec 2023 20:14 WIB

Mahasiswa Miliki Banyak Teman Justru Sering Kesepian, Ini Alasan Logisnya

Risiko bunuh diri meningkat apabila berkorelasi dengan masalah klinis

Bunuh diri (ilustrasi). Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya (UB) Ari Pratiwi, mengungkapkan, mahasiswa yang  memiliki banyak teman justru mengalami kesepian.
Foto: factretriever
Bunuh diri (ilustrasi). Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya (UB) Ari Pratiwi, mengungkapkan, mahasiswa yang memiliki banyak teman justru mengalami kesepian.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya (UB) Ari Pratiwi, mengungkapkan, mahasiswa yang  memiliki banyak teman justru mengalami kesepian. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil konseling mahasiswa kepada dirinya.

Menurut Ari, sebagian mahasiswa yang melakukan konsultasi kepada dirinya memiliki segudang aktivitas. "Dan cukup dikenal aktif terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan," jelas Ari di Kota Malang.

Situasi tersebut menunjukkan bahwa tidak selalu tampak memiliki banyak teman tidak berarti mempunyai hubungan yang berkualitas. Semakin tidak terkoneksi dengan orang lain, maka mahasiswa akan rentan mengalami kesepian. Hal ini pada akhirnya memengaruhi kesehatan mental mereka. 

Dia tidak menampik saluran bersosialisasi saat ini tampak banyak. Namun ternyata tidak semua mahasiswa mampu menggunakan saluran tersebut.

Di samping itu, Ari juga menyinggung, akhir-akhir ini banyak terjadi kasus bunuh diri terutama di berbagai kalangan. Namun kasus yang beruntun di kalangan mahasiswa membuat seluruh pihak harus lebih kritis dan waspada.

"Ada apa di kalangan mahasiswa? Apa yang membuat mereka melakukan bunuh diri? Di kala angkatan yang lebih tua menganggap mahasiswa masa kini hidup dalam fasilitas yang memadai, tidak sesusah angkatan-angkatan pendahulu," kata dosen yang saat ini sedang menempuh studi di The University of Queensland.

Ari menilai, mahasiswa masa kini dianggap memiliki banyak kenyamanan dan kemudahan berkuliah daripada mereka yang dulu harus berdemo untuk menuntut banyak hal.  Sebab itu, banyak yang mempertanyakan alasan mereka dapat menjadi generasi yang dianggap lebih lemah.

Ari menjelaskan bunuh diri adalah hal yang kompleks. Hasil kombinasi dari  faktor individual dan sosial berkontribusi terhadap pemikiran bunuh diri dan percobaan bunuh diri. 

Ari pun turut menyinggung sebuah penelitian sistematic review tentang resiko bunuh diri di kalangan mahasiswa. Penelitian ini menemukan bahwa risiko bunuh diri meningkat apabila berkorelasi dengan masalah klinis dan psikologis, khususnya depresi, masalah tidur (secara kualitas maupun kuantitas) dan pengalaman traumatis atau peristiwa hidup yang penuh tekanan.

Individu yang pernah berusaha bunuh diri dapat jadi merasakan keputusasaan yang hebat. Kesepian atau merasa tidak terhubung dengan orang lain (tidak memiliki siapa-siapa). Kemudian merasa beban hidup yang dirasakan sendiri dan tidak ada tujuan hidup. Beberapa penelitian dari negara lain juga menambahkan faktor hubungan dengan orang tua keluarga, masalah akademik dan masalah ekonomi sebagai faktor resiko bunuh diri. 

 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement