REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah ketua umum organisasi mahasiswa ekstra kampus sepakat untuk memperkuat dan mengawal demokrasi Indonesia pada Pilpres 2024. Mereka mengapresiasi proses debat politik yang terbuka, namun tetap meminta agar para capres-cawapres yang berlaga dalam debat dapat menerjemahkan gagasan politik menjadi lebih konkret.
Berbagai aspirasi dari para pemimpin mahasiswa tingkat nasional itu muncul dalam diskusi politik dengan tema 'Menakar Efek Pasca Debat Perdana Bagi Anak Muda dan Harapan Debat Kedua Pilpres 2024' yang digelar di Jakarta, Kamis (21/12/2023).
Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Bagas Kurniawan menilai, publik mengapresiasi KPU yang telah menyelenggarakan debat yang dialektis secara kritis, tajam, dan terbuka. Sehingga, dengan adanya ruang debat tersebut civil society bisa menilai secara langsung gagasan dan karakter masing-masing capres.
"Adanya debat terbuka ini juga menunjukkan bahwa politik di Indonesia tidak hanya bersifat artifisial saja dan ini harus dirawat secara bersama oleh anak-anak muda," ucap Bagas dalam diskusi yang digagas Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) bersama Gersospol.id di Jakarta dikutip Jumat (22/12/2023).
Bagas menjelaskan, pentingnya kesadaran publik untuk mengawal kualitas demokrasi, serta memperhatikan gagasan serta karakter para kandidat capres cawapres yang berlaga dalam Pemilu 2024. Antara lain, bagi pemilih muda adalah bagaimana tawaran para kandidat ini mencoba untuk menawarkan kebijakan pembangunan yang berdampak khususnya bagi seluruh anak muda.
Sehingga pemilih secara umum, dan khususnya pemilih muda, terhindar dari upaya yang hanya menjadikan mereka sebagai alat untuk meraih kekuasaan semata. "Indonesia ke depan akan mengalami bonus demografi, anak muda harus diberikan ruang berpartisipasi yang inklusif dalam pembangunan negara dan bangsa ini," ujar Bagas.
Ketua Umum PP Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Jefry Gultom juga menekankan pentingnya komunitas anak muda untuk memperhatian paradigma, visi dan misi serta program konkret ketiga capres dan cawapres. Dengan demikian, sambung dia, publik ke depannya dapat memilih dengan pertimbangan yang mencerdaskan serta dapat mengawal konsistensi para kandidat pemimpin nasional ini.
"Karena dalam membangun sebuah negara tidak bisa hanya dilakukan oleh satu pihak, melainkan perlunya kolaborasi dengan anak muda sebagai pemilih terbanyak pada Pemilu 2024. Jangan hanya kampanye di media sosial bahwa mereka merepresentasikan dan mendukung pembangunan anak muda, namun pada perkembangannya saat terpilih tidak ada keberpihakan pada anak-anak muda," ucap Jefry.
Ketua Umum DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Arjuna Putra Alidino menambahkan, gagasan politik yang disampaikan oleh para capres harus bisa diterjemahkan ke dalam program yang konkrit sehingga lebih mudah dicerna oleh masyarakat luas.
"Gagasan yang dibangun oleh para capres dalam debat perdana kemarin memang sudah cukup menyentuh isu-isu kritis, namun saya berharap debat capres harus bisa lebih di konkret dan membumi, antara lain dalam bentuk program yang berdampak dan bisa dipahami rakyat yang merupakan pemilik kedaulatan sekaligus calon pemilih," katanya.