REPUBLIKA KIDS --- Halo Kids... Harimau jawa pernah menjadi predator puncak di pulau Jawa, termasuk wilayah Batavia (sekarang Jakarta) yang pada abad ke-17 masih berupa hutan belantara. Sebelum bangsa Eropa datang untuk berdagang dan mencoba menjajah, hutan-hutan di Batavia saat itu dihuni banyak hewan buas seperti macan kumbang, buaya, banteng, hingga harimau jawa.
Dalam catatan wartawan senior Republika sekaligus sejarawan, Alwi Shahab disebutkan, ada laporan 14 penebang kayu di sekitar wilayah yang saat ini bernama Lapangan Banteng, menjadi mangsa harimau. Harimau jawa tiba-tiba muncul dan menerkam para penebang kayu tersebut.
Peristiwa itu terjadi pada 1659. Saat 14 orang yang sedang menebang kayu mereka tiba-tiba mendapatkan serangan dan menjadi mangsa harimau jawa.
Melihat ancaman binatang buas, pemerintah Hindia Belanda pada 1762 memberikan hadiah kepada para pemburu yang membunuh 27 ekor macan dan harimau kumbang di tempat ini. Karena itulah, lapangan Banteng ketika itu juga menjadi tempat bagi pemburu binatang buas.
Pada abad ke-17, seorang tuan tanah bernama Anthony Paviljoen membeli tanah di situ, di mana Batavia masih dikelilingi hutan. Tak hanya harimau jawa, di sekitar wilayah tersebut pernah dihuni banteng.
Selain banteng wilayah tersebut juga menjadi habitat sejumlah satwa, seperti badak dan babi. Dikabarkan pada 1692, tiga pria yang baru datang dari Eropa hanya sempat menyelamatkan diri dengan memanjat tiang gantungan dari sebuah kali ketika diterkam seekor buaya.
Kini harimau jawa sudah dinyatakan punah pada 1980-an. Namun dipercaya banyak orang mereka masih ada.
Benarkah Harimau Jawa Belum Punah?
Peneliti harimau jawa, Didik Raharyono salah satunya. Pegiat Organisasi Peduli Karnivora Jawa (PKJ) itu terus memperjuangkan untuk membuktikan bahwa harimau jawa belum punah.
Didik dikabarkan telah melakukan penelitian mandiri untuk mengumpulkan bukti-bukti tersebut, yakni dengan menjelajahi hutan di Pulau Jawa hingga taman nasional. Pegiat lingkungan yang kini tinggal di Kabupaten Kuningan itu masih memperjuangkan upaya menemukan karnivora besar yang merupakan sub spesies dari harimau sunda itu.
Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) secara ilmiah telah dinyatakan punah sejak 1980-an. International Union for Conservation of Nature (IUCN) and Natural Resources Red List menyatakan statusnya "extinct" atau punah.
Sayangnya pegiat konservasi satwa liar Indonesia, Tony Sumampau, meragukan kepercayaan sejumlah masyarakat tentang masih adanya habitat untuk satwa harimau jawa (Panthera tigris sondaica). "Kalau menurut saya, tidak ada lagi habitat untuk harimau dapat hidup di taman nasional, cagar alam, atau suaka margasawta yang dapat menampung harimau jawa kalau memang benar harimau jawa masih ada," kata Tony yang juga koordinator imum Forum Konservasi Satwa Liar Indonesia (Foksi) di Bogor, Jawa Barat, Senin (13/11/2023), seperti dinukil dari Republika.
Tony menyebut jika pendapat jika pendapat beberapa kalangan yang masih meyakini keberadaan harimau jawa itu benar, maka pasti sering terjadi konflik dengan manusia. Penampakan harimau jawa pun akan kerap terlihat.
"Mana ada lagi hutan yang tidak ada manusianya di Jawa," kata Tony yang juga komisaris Taman Safari Indonesia (TSI).
Presiden Soekarno yang memberikan nama lapangan banteng untuk menggantikan nama lapangan singa milik Belanda. Namun, nama banteng bukan hanya karena Soekarno merupakan semangat dari patriotisme bangsa Indonesia, tapi punya kisah tersendiri bagi lapangan ini.
.
Yuk ikuti informasi seputar berita-berita anak di Republika Kids. Ibu dan Bapak juga bisa perpartisipasi dengan mengirimkan dan kritik ke email kami: republikakids@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook Republika Kids.