Sabtu 23 Dec 2023 20:36 WIB

Debu Penimbunan Batu Bara Resahkan Sebagian Warga Waylunik  

Debu penimbunan batubara picu keluhan kesehatan

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi batubara. Debu penimbunan batubara picu keluhan kesehatan
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Ilustrasi batubara. Debu penimbunan batubara picu keluhan kesehatan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Debu batu bara stockpile (penimbunan) di Kelurahan Waylunik, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung berdampak pada kesehatan warga sekitar. Warga beberapa RT di Waylunik merasakan sesak napas dan mata perih saat berada di luar rumah. 

Kondisi terparah saat angin kencang musim panas, debu-debu dari penimbunan batu bara mengotori rumah penduduk juga mengakibatkan mata perih dan pedih, sesak napas atau menderita ispa. Penimbunan batu bara tersebut sudah berlangsung lebih dari tujuh bulan, namun belum ada penyelesaian atau solusi.

Baca Juga

“Kalau angin kencang apalagi musim panas, terasa sekali debu tersebut di mata dan sesak napas. Debunya beterbangan jadi mau tidak mau terhirup,” kata Adi (54 tahun), warga Waylunik, Panjang, Bandar Lampung, Sabtu (23/12/2023).

Dia mengatakan, debu-debu dari tumpukan batu bara di pinggir jalan tersebut selalu mengotori rumah warga setiap hari. Menurut dia, debu batu bara dapat dilihat di lantai-lantai rumah penduduk, tidak saja di luar tapi masuk ke rumah. 

Kelurahan Waylunik terdapat lebih dari 2.000 kepala keluarga atau dengan total jumlah penduduk lebih dari 7.000 jiwa. Dalam kelurahan tersebut, ada sedikitnya lima RT yang terdampak dari debu stockpile batu bara tersebut. Perusahaan stockpile batu bara di kawasan tersebut lebih dari satu perusahaan. 

Rusdi (48 tahun), warga Waylunik lainnya juga mempertanyakan kepada Pemkot Bandar Lampung yang belum ada tindakan dan sanksi kepada perusahaan stockpile batu bara yang telah menimbulkan dampak negatif pada kesehatan masyarakat sekitar. 

Dia mengatakan, sekarang ini sudah lima bulan terakhir warga terutama anak-anak menghirup udara kotor di sekitar lingkungan rumahnya. “Kalau usaha stockpile batu bara ini dibiarkan terus, tinggal tunggu dampak parah sama kesehatan warganya nanti,” kata Rusdi.

Lurah Waylunik Dody Martalaga mengatakan, saat perusahaan stockpile batu bara mengajukan izin membuka usaha, terlebih dahulu mendatangi kelurahan, ketua RT, dan juga warga. Setelah sepakat, kata dia, maka berdirilah usaha stockpile batu bara di sekitar permukiman warga.

Baca juga: Alquran Abadikan Tingkah Laku Yahudi yang Bodoh tapi Berlagak Pintar

Mengenai debu batu bara yang sudah tiga bulan dikeluhkan warga, Dody mengatakan sudah berkoordinasi dengan pimpinan perusahaan untuk memperhatikan dampak lingkungan dari usaha mereka. 

Sebagai lurah, dia menegaskan jangan sampai menimbulkan kerugian pada masyarakat akibat debunya. Namun, dia mengatakan tidak bisa melarang apalagi menutup usaha tersebut, namun yang terpenting perusahaan harus memperhatikan lingkungan sekitar sesuai dengan kesepakatan bersama.

Direktur PT Sentral Mitra Energi, William Budiono, selaku perusahaan stockpile batu bara di kawasan Waylunik belum bisa dikonfirmasi terkait dampak debu batu bara terhadap kesehatan warga sekitar. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement