Sabtu 23 Dec 2023 21:40 WIB

Mantan Perdana Menteri Israel Sebut Hamas tak akan Bisa Dihancurkan

Ehud Olmert menyebut janji Netanyahu menghancurkan Hamas adalah sebuah kesombongan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Andri Saubani
Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert.
Foto: Debbie Hill/Pool File Photo via AP
Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Mantan perdana menteri Israel, Ehud Olmert, mengatakan, perang yang saat ini dilancarkan negaranya di Jalur Gaza dengan tujuan menghancurkan dan menumpas habis Hamas tidak akan berhasil. Dia menilai, janji yang diumbar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang penghancuran total Hamas sebagai sebuah kesombongan.

“Gaza sedang terpuruk, ribuan warganya menderita dengan nyawa mereka, ribuan pejuang Hamas dengan senang hati terbunuh, namun kehancuran Hamas tidak akan tercapai,” kata Olmert dalam opininya yang dimuat di surat kabar Israel, Haaretz, Jumat (22/12/2023). 

Baca Juga

Dia berpendapat, walaupun pada akhirnya Israel berhasil menangkap atau membunuh para pemimpin Hamas, kelompok tersebut tidak akan pernah bisa lenyap. “Kelompok ini akan terus ada di pinggir Gaza,” ujarnya.

“Mengingat ini adalah penilaian situasi yang sebenarnya, kita harus bersiap untuk perubahan arah. Saya tahu ini mungkin tidak populer. Dalam suasana hasutan, keberanian dan arogansi yang menjadi ciri perilaku pemerintah dan pemimpinnya, kita tidak boleh segan-segan mengatakan hal-hal yang tidak jelas namun perlu, demi rasa tanggung jawab nasional,” tambah Olmert.

Menurut Olmert, saat ini Israel menghadapi dua pilihan, yakni gencatan senjata dengan kesepakatan yang dapat memulangkan para sandera atau gencatan senjata tanpa kesepakatan pemulangan para sandera. “Penghentian permusuhan ini akan dipaksakan kepada kita oleh sekutu terdekat kita, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Jerman. Mereka tidak lagi mampu menanggung akibat yang harus mereka bayarkan dalam opini publik mengingat kesenjangan antara tidak adanya resolusi militer dan berlanjutnya pertempuran yang menimbulkan kerugian kemanusiaan, yang konsekuensinya tidak akan mereka tanggung,” ucapnya.

Menurut statistik Israel, Hamas menangkap sekitar 239 orang ketika mereka melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Pada 24 November hingga 1 Desember 2023 lalu, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan. Selama periode tersebut, kedua belah pihak melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera. Hamas membebaskan 105 sandera. Mereka terdiri dari 80 warga Israel dan sisanya adalah warga asing. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 210 tahanan Palestina.

 

Pada 9 Desember 2023 lalu, Israel mengatakan Hamas masih menahan 137 sandera di Gaza. Para sandera diculik Hamas ketika melakukan operasi infiltrasi ke Israel pada 7 Oktober 2023. Sementara itu Hamas menolak terlibat dalam negosiasi pembebasan sandera dengan Israel sebelum agresi di Jalur Gaza dihentikan total. Hamas pun menuntut Israel mengikuti persyaratan yang diajukannya. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement