Ahad 24 Dec 2023 16:31 WIB

Pemukim Israel Rusak 7 Hektare Lahan Pertanian Warga Palestina di Nablus

Militer Israel dikenal biadab.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Pasukan zionis Israel melewati seorang jamaah Muslim Palestina yang dilarang memasuki Masjid Al-Aqsa salat di luar Kota Tua Yerusalem, Jumat (10/11/2023).
Foto: AP Photo/Mahmoud illean
Pasukan zionis Israel melewati seorang jamaah Muslim Palestina yang dilarang memasuki Masjid Al-Aqsa salat di luar Kota Tua Yerusalem, Jumat (10/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NABLUS -- Para pemukim Israel pada Jumat (22/12/2023) waktu setempat menyerang pertanian Palestina dan pohon zaitun di desa Qusra, selatan Nablus di Tepi Barat yang diduduki. Aktivis lokal Fuad Hassan mengatakan para pemukim membajak lebih dari 30 dunum (setara dengan 7,4 hektare) di wilayah Desa Al Furn.

Para pemukim, yang dilindungi oleh pasukan Israel, juga mencabut dan menyita puluhan pohon zaitun, sebagaimana dilansir Middle East Monitor, Sabtu (23/12/2023),

Baca Juga

Perkiraan menunjukkan bahwa sekitar 700 ribu pemukim Israel tinggal di 164 pemukiman dan 116 pos terdepan di Tepi Barat yang diduduki, berdekatan dengan Yerusalem Timur. Berdasarkan hukum internasional, semua pemukiman Yahudi di wilayah pendudukan dianggap ilegal.

Meskipun perhatian dunia terfokus pada Gaza, di mana serangan Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 20 ribu warga Palestina dan menyebabkan bencana kemanusiaan, kekerasan di Tepi Barat yang diduduki telah meningkat.

Setidaknya 300 warga Palestina telah tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel, penggerebekan dan serangan oleh pemukim ilegal Yahudi sejak Oktober. Laporan PBB menyebutkan, lebih dari 576.600 orang di wilayah Palestina yang terkepung di Gaza menghadapi bencana kelaparan.

"Seluruh penduduk Gaza, sekitar 2,2 juta orang, berada dalam krisis atau tingkat kerawanan pangan akut yang lebih parah," demikian laporan menurut laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) yang mencakup data dari Program Pangan Dunia (WFP), dan lembaga dan organisasi non-pemerintah PBB lainnya.

IPC adalah platform multi-pemangku kepentingan yang menganalisis data untuk menentukan tingkat keparahan dan besarnya krisis kelaparan sesuai dengan standar ilmiah yang diakui secara internasional.

Laporan tersebut mengatakan bahwa 26 persen warga Gaza, yang berjumlah sekitar 576.600 orang, telah kehabisan persediaan makanan dan kapasitas penanggulangannya serta menghadapi bencana kelaparan (IPC Fase 5) dan kelaparan.

Cindy McCain, direktur eksekutif WFP, mengatakan, WFP telah memperingatkan bencana yang akan datang ini selama beberapa pekan. Tragisnya, tanpa akses yang aman dan konsisten yang kami minta, situasinya sangat menyedihkan, dan tidak ada seorang pun di Gaza yang aman dari kelaparan.

Jika situasi konflik intens dan terbatasnya akses kemanusiaan masih terus berlanjut, IPC memperkirakan akan ada risiko kelaparan yang terjadi dalam enam bulan ke depan. Pakar ketahanan pangan WFP telah menetapkan bahwa warga Gaza telah menghabiskan seluruh sumber daya mereka, mata pencaharian hancur, toko roti hancur, toko-toko kosong, dan keluarga tidak dapat menemukan makanan.

Mereka, warga Gaza sering tidak makan sepanjang hari dan banyak orang dewasa kelaparan sehingga anak-anak bisa makan. "Ini bukan sekadar angka, ada anak-anak, perempuan dan laki-laki di balik statistik yang mengkhawatirkan ini. Kompleksitas, besarnya, dan kecepatan terjadinya krisis ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata Kepala Ekonom WFP Arif Husain.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement