Ahad 24 Dec 2023 16:47 WIB

Diaspora Yahudi dan Klaim Barhak atas Palestina, Benarkah?

Banyak kelompok Yahudi di dunia, mereka tak pernah bersatu.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Seorang anggota komunitas Yahudi mengamati tempat lilin Hanukkah.
Foto: EPA-EFE/Filip Singer
Seorang anggota komunitas Yahudi mengamati tempat lilin Hanukkah.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ketika agresi terhadap Gaza memasuki bulan ketiga, dan intensitas pertempuran antara tentara Israel dan perlawanan Palestina meningkat di banyak wilayah di Jalur Gaza, banyak dari mereka yang mengadopsi narasi Zionis di kalangan populer Israel. Termasuk media Barat yang kembali melakukan aksinya.

Ada klaim bahwa orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang memiliki hak historis dan agama atas Palestina. Klaim itu mengandalkan beberapa teks Taurat yang menyatakan bahwa nenek moyang mereka tinggal di sana selama jangka waktu tertentu.

Baca Juga

Menurut cerita Taurat sendiri, kehadiran pertama orang-orang Yahudi di tanah Palestina adalah setelah tahun 1460 SM, ketika bangsa Israel datang bersama Nabi Musa ke Palestina untuk melepaskan diri dari penindasan Fir'aun Mesir.

Mereka memasuki padang gurun selama 40 tahun di tanah Sinai pada kurun waktu (antara tahun 1500 SM hingga 1460 SM) sesuai dengan apa yang disepakati oleh catatan sejarah.

Adapun bangsa Arab Kanaan telah mendiami tanah Palestina sejak zaman prasejarah. Pada Zaman Perunggu yang berlangsung antara (3200 SM–2000 SM) perkembangan kehidupan di Palestina mencapai tahap di mana mereka hidup dalam peradaban, stabilitas, pertanian, kehidupan komersial yang berkembang dan keagamaan. Termasuk juga dekorasi artistik.

Pada era sejarah tersebut, kota pertama dalam sejarah umat manusia didirikan, yaitu kota Jericho. Saat itu kota Jericho disebut “peradaban Yunani”, menurut bukti penggalian.

Akademisi Mesir Abdel Wahab El-Messiri menarik perhatian dalam bukunya, "Man Huwa Al Yahuudi?". Dia mengungkap, anggota komunitas Yahudi tidak pernah menjadi satu kesatuan dengan persatuan Yahudi global yang konsisten dengan satu identitas dan mencari tanah air nasional.

El-Mesiri mengatakan, anggota kelompok Yahudi terbagi menjadi Ashkenazi, Sephardic, dan Yahudi dari negara-negara Islam. Bahkan ada kelompok marginal Yahudi yang tidak terbatas jumlahnya.

"Ada orang Yahudi Samaria yang tidak percaya Talmud. Mereka juga tidak percaya pada sebagian besar Perjanjian Lama, melainkan percaya pada Pentateuch dalam versi yang berbeda dari yang beredar di kalangan orang Yahudi, dan markas besar mereka berada di Gunung Gerizim di Nablus yang diduduki," jelas El-Mesiri.

Ada Yahudi Karait yang memberontak melawan Talmud dan mengguncang Yudaisme rabi sampai ke akar-akarnya. Hanya beberapa ribu dari mereka yang tetap tinggal di California Amerika Serikat, dan beberapa wilayah di Rusia dan Israel.

Selain itu, ada pula sisa-sisa Yahudi Kaifeng di China. Mereka menyembah Yahweh dan beribadah di dua kuil Yahudi. Pertama untuk memuja Tuhan, dan satu lagi untuk memuja leluhur. Menurut Al-Mesiri, mereka tidak mengetahui Talmud atau Taurat. Mereka adalah sebagaimana orang China pada umumnya, dan melayani nenek moyang dengan daging domba.

"Yudaisme mereka sepenuhnya Konfusianisme, sama seperti kita saat menemukan bahwa Yudaisme bani Israel di India adalah Yudaisme Hindu. Ada lusinan kelompok, sekte dan kelompok lainnya," kata El-Mesiri.

Menurut peneliti agama, Imam Hosni Al-Sumari, orang Yahudi Samaria mendefinisikan diri mereka sendiri sebagai orang Palestina. Mereka menyebut dirinya sebagai keturunan sejati bangsa Israel. Mereka menyangkal kesucian Yerusalem dalam Taurat, dan melihat Yudaisme sebagai sebuah perpecahan.

Para Yahudi Samaria, yang percaya bahwa mereka memiliki salinan Taurat tertua berusia 3.600 tahun, berbicara bahasa Arab dengan lancar, selain bahasa Ibrani Yahudi. Mereka juga menguasai bahasa Ibrani kuno di mana Taurat diturunkan.

Al-Sumari selanjutnya membuktikan bahwa orang-orang Yahudi tidak memiliki kesatuan, identitas, atau kebangsaan tertentu. Orang-orang Yahudi menjadi suku-suku terpisah yang garis keturunannya berasal dari Bani Israel sejak mereka memisahkan diri dan menjadikan Yerusalem sebagai bagian tempat suci bagi mereka.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement