REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit hewan memiliki dampak yang sangat buruk terhadap produksi ternak. Pada tahun 2022 misalnya, 131 juta unggas domestik mati atau dimusnahkan akibat flu burung. Namun, kerugian akibat penyakit ternak lebih dari sekadar kekurangan kalkun untuk musim liburan. Setiap hewan yang mati karena penyakit yang dapat dicegah, juga terkait dengan emisi gas rumah kaca yang tidak dapat ditanggung oleh planet ini.
Penyakit hewan mengurangi produktivitas peternakan. Hal ini dikarenakan ternak tumbuh lebih lambat, tidak dapat mencapai target bobot atau gagal bereproduksi. Penyakit juga dapat meningkatkan tingkat kematian ternak secara drastis.
Penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi, seperti demam babi klasik atau flu burung, membuat para peternak harus menggunakan lebih banyak sumber daya dan memelihara lebih banyak hewan untuk mempertahankan produksi pangan. Hal ini akan menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca.
Namun, mengendalikan penyakit hewan yang umum terjadi secara efektif melalui alat seperti vaksinasi terbukti menjadi cara yang berkelanjutan untuk mengatasi perubahan iklim. Menurut penelitian baru yang dilakukan oleh Jude Capper, Professor of Sustainable Beef and Sheep Production di Harper Adams University, mengendalikan flu burung dengan vaksin akan mengurangi emisi gas rumah kaca hampir 16 persen per kilogram daging tanpa harus melakukan pemusnahan.