Senin 25 Dec 2023 16:19 WIB

Haul ke-70 Habib Jafar bin Syaikhon Assegaf, Ini Amalan yang Perlu Diteladani

Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf dikenal ahli Alquran dan wali Allah SWT

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
 Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf dikenal ahli Alquran dan wali Allah SWT
Foto: Dok Istimewa
Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf dikenal ahli Alquran dan wali Allah SWT

REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN – Puluhan ribu orang menghadiri Haul Akbar ke-70  Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf di Masjid Al Anwar, Kota Pasuruan. Di Jawa timur, Habib Ja’far dikenal sebagai ahli Alquran dan waliyullah.

Acara Haul Habib Ja’far ini diawali dengan pembacaan Manakib atau Biografi Habib Ja’far, termasuk peringai dan sifat-sifat Habib Ja’far yang patut diteladani.

Baca Juga

Dalam Manakib itu dijelaskan bahwa Habib Ja’far dilahirkan pada Dzulhijjah 1298 di daerah Ghurfah, Hadramaut. Ia tumbuh dalam naungan kemuliaan dan kehormatan di bawah asuhan ayahandanya, Al Habib Syaikhon bin Ali bin Hasyim Assegaf.

Habib Syaikhon sendiri adalah seorang ulama yang mengamalkan ilmunya dan seorang wali yang bertakwa. Ia berani berkata benar dengan terang-terangan, tidak takut celaan para pencela dalam menyampaikan dakwah Islamiyah.

Habib Syaikhon juga memiliki kumpulan kalam yang kemudian dihimpun oleh putranya, Al Habib Alawi dalam jua jilid. Ia juga memiliki kitab syair yang berisi nasihat-nasihat serta hikmah-hikmah yang baik.

Selain itu, Habib Syaikhon juga memiliki berbagai wirid dan shalawat Nabi Muhammad SAW, yang sebagiannya dikutip oleh Al Habib Abdullah bin Alawi Alattas dalam kitab Sabilul Muhtadin.

Habib Syaikhon wafat di Mukalla, salah satu pelabuhan yang ada di Hadramaut pada 18 Rajab 1313 Hijriah. Di atas makamnya dibangun kubah yang menjadi tujuan para peziarah.

Setelah dibimbing ayahnya dan mengkhatamkan Alquran dengan tajwid secara sempurna,  Habib Ja’far kemudian pergi menuntut ilmu dengan semangat yang tinggi. Ia membaca serta beguru kepada banyak para ulama di Hadramaut, di Makkah, dan di Madinah.

Selain berguru kepada ayahadanya, Habib Ja’far juga berguru kepada Habib Idrus bin Umar Al Habsyi, Habib Nuruddin Sayyidinal Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, Habib Ahmad bin Hasan Alattas, Sayyidina Husein bin Muhammad Alhabsyi, Habib Muhammad bin Salim Asri, dan Habib Muhammad bin Ahmad bin Al Muhdhor.

Pada 1319 Hijriyah, Habib Ja’far bertekad untuk melakukan perjalanan, karena melihat banyaknya faedah yang baik di dalam bepergian. Maka, ia pun pergi ke Indonesia dna bermukim selama setahun. 

Setelah dari Indonesia, kemudian ia pergi ke Haramaian untuk melaksanakan Haji dan Umrah, serta berziarah kepada datuknya, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Habib Ja’far menetap di sana selama delapa tahun dan menghafal Alquran di Makkah Al Mukarramah berdasarkan isyarat dari Habib Husein bin Muhammad Al Habsyi dan Habib Muhammad bin Slaim Asri. Karena, keduanya mendapat firasat akan keberhasilan Habib Ja’far.

Setelah menghafal Alquran dengan disertai dengan tajwid dan kesempurnaan, Habib Ja’far pulang menuju Tanah Airnya di Hadramaut dan tinggal di sana selama delapan tahun. Di sana, ia mengemban tugas menjadi imam masjid jami’ dan menjadi khatib.

Setelah itu, Habib Ja’far pergi ke Kota Tarimul Ghanna' dan menetap di sana selama dua tahun sembari mengajar di Madrasah Tarim yang makmur. Banyak pelajar yang lulus dari hasil didikannya.

Pada 1338 Hijriyah, Habib Ja’far kembali ke Indonesia dan menetap di Kota Surabaya. Ia sering berkunjung ke berbagai kota, khususnya Bondowoso. 

Gurunya di Bondowoso, Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdhor menujukinya Habib Ja’far sebagai Alquran. Ia tidak membiarkan orang lain menjadi imam sholat jika Habib Ja’far hadir di sana.

Kemudian, Habib Ja’far menetap di kota Pasuruan. Maka, para penduduk dan daerah-daerah sekitarnya berbahagia dengan kehadiran Habib Ja’far di kota tersebut.

Lalu, Habib Ja’far mendirikan berbagai majelis ilmu yang berfaedah dan mengatur berbagia hizb dan wirid. Karena niat baik Habib Ja’far mendirikannya, maka semua kegiatan tersebut masih berjalan hingga skearang dan bertambah makmur.

Baca juga: Alquran Abadikan Tingkah Laku Yahudi yang Bodoh tapi Berlagak Pintar

Habib Ja’far memiliki pijakan yang kokoh dalam ibadah sholat malam. Ia tidak pernah tidur kecuali hanya sebentar. Ia sesuai dengan yang disifati oleh Allah SWT di dalam Alquran, yaitu:

كَانُوا۟ قَلِيلًا مِّنَ ٱلَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِٱلْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Artinya: “Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS Az-Zariyat ayat 17-18).

Habib Ja’far seringkali membaca Alquran. Di antara wirid Habib Ja’far di masa kuatnya adalah mengkhatam Alquran setiap hari. Ia juga membaca banyak sekali dzikir dan sholawat kepada Nabi, yang dibaca sepanjang hari, sepanjang siang, dan malam.

Habib Ja’far memiliki peran yang sangat besar dalam mendamaikan pihak-pihak yang sedang berselisih. Sangat sering ia mendamaikan mereka yang berseturu dan menyatukan antara pihak yang saling bermusuhan.

Habib Ja’far juga senantiasa menjaga jalan hidup para salaf, serta datuk-datuknya dari kalangan Alawiyyin. Ia beramal dengan amal merkea, menghiasi diri dengan akhlak-akhlak mereka, dan berpenampilan dengan penampilan mereka. 

Habib Ja’far bagaikan salinan dari para salaf terdahulu yang meneladani  teladan teragung mereka semua, yaitu Nabi Muhammad SAW. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement