Senin 25 Dec 2023 17:54 WIB

Mesir Usulkan Kesepakatan Baru antara Hamas dan Israel

Usul tersebut di antaranya melibatkan pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Bangunan hancur di kamp pengungsi Al Nusairat di Jalur Gaza selatan, 24 Desember 2023.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Bangunan hancur di kamp pengungsi Al Nusairat di Jalur Gaza selatan, 24 Desember 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Seorang pejabat Israel mengatakan Mesir telah mengusulkan kepada Tel Aviv dan Hamas dengan perjanjian baru. Di antaranya melibatkan pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza.

"Proposal Mesir diperkirakan akan dibahas pada Senin selama pertemuan kabinet perang. Proposalnya baru dan segar tetapi penting dan positif," situs web berita Israel Walla mengutip seorang pejabat senior Israel yang tidak disebutkan namanya, dilansir dari TRT World, Senin (25/12/2023).

Baca Juga

Pejabat itu mengklaim Kairo memiliki pengaruh yang signifikan atas Hamas. Ini dapat membantu dalam keberhasilan proposal untuk membebaskan sandera Israel di Gaza.

Mesir, bersama dengan Qatar, membantu menengahi gencatan senjata selama seminggu pada November. Hamas membebaskan lebih dari 100 sandera dengan imbalan pembebasan Israel terhadap 240 tahanan Palestina. Hamas dan kelompok lain masih menahan sekitar 129 tawanan.

Hamas telah berulang kali menolak pembicaraan tentang kesepakatan pertukaran dengan Israel sebelum gencatan senjata lengkap di Gaza dan penarikan pasukan Israel dari kantong Palestina yang terkepung. Israel telah menghantam Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober. Serangan menyebabkan setidaknya lebih dari 20.400 orang Palestina mati syahid, kebanyakan wanita dan anak-anak, dan melukai banyak lainnya.

Serangan Israel telah menghancurkan Gaza hingga tinggal reruntuhan. Setengah dari perumahan di wilayah pesisir hancur. Banyak bangunan seperti sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, dan rumah-rumah warga hancur.

Hampir dua juta orang mengungsi di dalam kantong yang padat penduduk di tengah kekurangan  pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Menurut WHO, sekitar 570 ribu orang di Gaza kelaparan sejak meletusnya perang lebih dari 10 minggu yang lalu. Menurut WHO, jika perang antara Israel dan Hamas berlanjut pada tingkat yang sama dan pengiriman makanan tidak dipulihkan, maka penduduk akan menghadapi kelaparan akut dalam enam bulan ke depan.

Pekerja bantuan PBB pada Kamis (21/12/2023), melaporkan adegan tak tertahankan di dua rumah sakit di Gaza utara. Pasien terbaring di tempat tidur dengan luka yang tidak diobati menangis meminta air.

Beberapa dokter dan perawat yang tersisa tidak memiliki persediaan. Mayat berbaris di halaman rumah sakit. Ini merupakan tanda-tanda krisis kemanusiaan yang memburuk setelah 10 pekan perang antara Israel dan Hamas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement