REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perusahaan pelayaran Maersk mengatakan mereka bersiap memulai kembali operasinya di Laut Merah, Teluk Aden. Dalam pengumumannya, perusahaan asal Denmark itu menyinggung operasi militer yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk memastikan keamanan perdagangan di dua perairan tersebut.
Pada awal Desember lalu perusahaan pelayaran raksasa itu menghentikan sementara operasinya melalui selat Bab el-Mandeb karena serangan-serangan ke kapal komersial. Hal ini menyebabkan Terusan Suez yang merupakan jalur perdagangan dunia tidak dapat digunakan.
Pada Selasa (18/12/2023) AS mengatakan mereka meluncurkan operasi multinasional untuk melindungi kapal komersial di Laut Merah dari serangan-serangan Houthi dari Yaman. Kelompok yang didukung Iran itu menembakkan rudal dan drone ke kapal-kapal internasional sebagai respons serangan Israel ke Gaza.
"Mulai Ahad 24 Desember 2023, kami menerima konfirmasi inisiatif keamanan multinasional Operasi Perlindungan Kemakmuran (OPG) yang diumumkan sebelumnya sudah dibentuk dan pengerahan ini mengizinkan kapal komersial berlayar melalui Laut Merah/Teluk Aden dan dapat kembali menggunakan Terusan Suez sebagai gerbang antara Asia dan Eropa," kata Maersk dalam pernyataannya, Senin (25/12/2023).
"Dengan operasi inisiatif OPG, kami mempersiapkan agar kapal-kapal kami dapat kembali transit melalui timur dan barat Laut Merah," tambah perusahaan itu.
Maersk mengatakan akan mengungkapkan detailnya beberapa hari ke depan. Tapi mengatakan akan pelayaran kapal-kapalnya akan ditentukan bagaimana situasi keamanan berkembang.
Pekan lalu Maersk mengatakan mereka mengubah rute kapal-kapalnya mengitari Afrika melalui Tanjung Harapan. Mereka menambahkan akan menambah tarif pengiriman dari Asia untuk menutupi naiknya biaya yang disebabkan semakin lamanya perjalanan kapal.
Dalam beberapa pekan terakhir beberapa perusahaan juga berhenti transit di Laut Merah karena masalah keamanan. Salah satunya raksasa minyak, BP.