REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Duta Besar Republik Indonesia untuk Spanyol, Mohammad Najib, mengajak Muhammadiyah untuk terlibat di panggung internasional. Di awal pidatonya dalam pertemuan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Madrid, Spanyol, Najib mengatakan saat ini dunia sedang tidak baik-baik saja.
"Paling tidak ada dua faktor besar mengapa saya harus mengatakan demikian; yang pertama adalah faktor alam apa yang disebut climate change. Perubahan iklim itu berdampak luas, dan perubahan iklim ini terjadi karena berbagai faktor baik yang sudah diketahui oleh manusia maupun yang belum diketahui," kata Najib dalam pidato yang diunggah di akun Youtube, Wisma Kedutaan Besar RI di Madrid, Senin (25/12/2023).
Najib menambahkan perubahan iklim mengakibatkan bencana alam yang tidak terduga dan perubahan musim. Tapi ada faktor kedua yang lebih membahayakan yaitu faktor manusia. Ia mengatakan terdapat negara-negara tertentu yang ingin mendominasi, mengangkangi, dan mengeksploitasi kekayaan bumi baik dalam bentuk minyak gas atau berbagai mineral yang berada di berbagai negara.
"Apa yang kemudian kita lakukan, apa yang kemudian kita lihat, apa yang kemudian kita sikapi, sampai sekarang karena pemahaman kita terhadap berbagai atau perubahan peta politik dunia tidak sepenuhnya kita mengerti menyebabkan seringkali kita terperangkap, hanya bereaksi secara sporadis, hanya menyikapi hal-hal yang periferal, bukan persoalan yang substansial," katanya.
Ia menyinggung perubahan peta di tingkat global. Ia menjelaskan awalnya geopolitik dunia dianggap bipolar karena hanya ada dua kekuatan besar yang bersaing yakin Uni Soviet yang sekarang menjadi Rusia dan Amerika yang merupakan sekutu Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ketika persaingan di antara kedua kelompok ini berakhir setelah Rusia hengkang dari Afghanistan, kata Najib, dunia pun menjadi monopolar yang sepenuhnya dikendalikan Amerika dan sekutunya.
"Inilah yang disebut dengan oleh (Francis) Fukuyama dalam bukunya The End of History (and the Last Man) artinya dunia hanya dikuasai atau dimenangkan oleh Amerika dan sekutunya," kata Najib.
Dalam pidatonya Najib mengatakan kemajuan sains dan teknologi mendorong negara-negara baru yang memiliki kekuatan ekonomi yang berimplikasi pada kekuatan politik dan kemudian kekuatan militer. Hal ini membuat dunia sekarang disebut dengan multipolar atau memiliki banyak kekuatan berpengaruh.
"Sebutlah Cina kemudian India, Jepang, Korea Selatan adalah negara-negara baru yang ikut mewarnai perubahan peta politik di tingkat global," katanya.
Najib mengatakan perubahan peta kekuatan seperti yang terjadi pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II melahirkan letupan-letupan luar biasa mengguncang dunia. Ia mencatat dua letupan pertama sudah terlihat secara nyata serta dampaknya. Pertama adalah perang Ukraina dan kedua perang Gaza.
"Kita tidak tahu titik api yang lain yang mana yang akan meletup kemudian, apakah di Selat Taiwan atau di Laut Cina Selatan atau mungkin ada titik api baru yang tiba-tiba muncul kita juga tidak tahu, indikasinya kita bisa lihat betapa perang di Gaza sekarang itu menyebabkan lembaga dunia yang paling kokoh, yang paling kuat menjadi lumpuh," kata Najib.
Karena itu, kata dia, aktor-aktor negara jangan dibiarkan berjuang sendiri. Organisasi seperti Muhammadiyah harus ikut terjun, karena dalam dunia seperti sekarang ini menurut Najib, aktor-aktor negara saja tidak cukup, diperlukan apa yang disebut dengan lembaga swadaya, cendekiawan, dan media massa, yang harus ikut serta memberikan tekanan-tekanan politik kepada lembaga-lembaga yang ingin mendominasi institusi-institusi multilateral seperti PBB dan sebagainya.
"Nah, di sinilah panggilan untuk Muhammadiyah, panggilan kemanusiaan, panggilan untuk menyelamatkan bumi kita, jangan biarkan hanya orang Barat saja yang memikirkan bagaimana menyelamatkan bumi kita," katanya.
"Muhammadiyah juga harus ikut terjun bagaimana dunia kita menjadi aman, bagaimana dunia kita ini bisa menjadi adil, begitu juga bagaimana dunia kita menjadi makmur. Tidak peduli apa bangsa dan negaranya semua umat manusia di dunia ini berhak untuk menikmati kemakmuran."
Dalam kesempatan itu Najib mengajak kader-kader Muhammadiyah baik yang ada di Tanah Air maupun yang berada di luar negeri untuk mencoba mengkapitalisasi pengalaman Muhammadiyah di tingkat nasional.
"Cobalah kita renungkan betapa sekolah-sekolah Muhammadiyah mulai TK sampai Universitas sudah memberikan kontribusi sangat besar pada bangsa dan negara. Sekolah-sekolah Muhammadiyah tidak pernah membuat kriteria hanya orang Islam yang boleh masuk masuk sekolah Muhammadiyah, tidak, apa pun agamanya apapun yang etnisnya semuanya diterima di sekolah Muhammadiyah begitu juga Rumah Sakit Muhammadiyah, kalau ada orang sakit tidak ditanya agamanya, semuanya diobati dan semuanya mendapatkan perlakuan yang sama nah cobalah pengalaman ini kita tingkatkan di tingkat global karena sekarang dunia membutuhkan peran Muhammadiyah," katanya.
Namun ia juga mencatat sebagian pimpinan Muhammadiyah di Tanah Air masih melihat ke dalam negeri, karena berpikir masih terdapat pekerjaan besar di Tanah Air belum selesai. Tapi ia juga mengingatkan terjun ke gelanggang dunia bukan berarti mengurangi energi dan tenaga untuk Tanah Air. Menurutnya terjun ke gelanggang internasional justru bisa mempercepat upaya dan meningkatkan kualitas usaha untuk Tanah Air.
"Karena apa, ada potensi-potensi di tingkat global yang bisa kita kapitalisasi untuk mengakselerasi peningkatan kualitas amal usaha kita di Tanah Air. Misalnya pusat-pusat riset di dunia, pusat-pusat keunggulan sains dan teknologi di dunia, begitu juga sumber-sumber dana, banyak sekali saya melihat sumber-sumber dana di tingkat Global ini yang bisa dimanfaatkan, karena itu ini akan memberikan mobilisasi gerakan Muhammadiyah di tingkat nasional," katanya.
Ia mengingatkan untuk terjun di pentas global tidak cukup hanya bermodalkan sekolah tapi harus memperluas kapasitas intelektual seperti dengan banyak membaca buku, berinteraksi dengan orang lain, banyak berinteraksi dengan organisasi-organisasi di mana orang-orang asing atau dari negara lain terlibat.
"Karena itu saya mendorong kepada adik-adik khususnya yang berada di Spanyol ini tidak cukup hanya rajin kuliah, tidak cukup hanya rajin membaca buku, tidak cukup hanya membawa pulang ijazah S1 dan S2 tapi cobalah terjun ke organisasi-organisasi multilateral di sini, sehingga mengasah keterampilan kita berbahasa tapi juga mengasah kemampuan kita untuk berargumentasi karena itu saya berharap adik-adik yang berada di Spanyol ini khususnya yang dibiayai oleh perguruan tinggi Muhammadiyah cobalah membalas kebaikan yang diberikan persyarikatan Muhammadiyah dengan berjuang, dengan berkerja keras untuk bagaimana memajukan persyarikatan begitu juga bagaimana kita mengabdi pada bangsa dan negara dan rakyat Indonesia secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan apa etnisnya apa sukunya dan apa agamanya," kata Najib.
Menurutnya perguruan tinggi Muhammadiyah lebih dari siap untuk melakukan itu karena memiliki modal institusional dan sumber daya manusia dan mereka yang sempat mengenyam pendidikan di luar negeri ini harus menjadi ujung tombaknya.
Dalam kesempatan ini ia juga menyampaikan dukungan penuh pada pimpinan cabang istimewa Muhammadiyah di Spanyol yang akan mengadakan pelatihan kepemimpinan pengurus di wilayah Eropa dan Mediterania pada tanggal 11 sampai 12 Mei tahun 2024.
"Saya berharap PP Muhammadiyah juga segenap perguruan tinggi Muhammadiyah di Tanah Air bisa memberikan dukungan ini. Karena saya berharap besar ini akan menjadi terobosan bagaimana diaspora Indonesia di luar negeri ini bergerak karena kalau kita membandingkan dengan Cina atau India jauh mereka sudah sangat maju mereka terlibat bukan saja di lembaga-lembaga multilateral tetapi juga membangun pusat-pusat pendidikan di Eropa."
"Lebih dari itu mereka juga sudah menguasai berbagai sektor bisnis di Eropa karena itu Indonesia yang memiliki potensi besar tidak boleh ketinggalan, kalau kita berbicara dunia islam baru Turki yang sangat maju khususnya kalau kita berbicara di Jerman dan Belanda mereka bukan saja memiliki ratusan Masjid tapi membangun pusat-pusat pendidikan dan juga sentra-sentra ekonomi," katanya.