REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) terus berupaya menggaungkan nilai-nilai Alquran, baik di dalam maupun ke luar negeri. Salah satu yang dilakukan adalah membangun pusat hafalan Alquran beberapa tahun lalu.
Kini Otoritas Umum Urusan Islam dan Wakaf (GAIAE) mencetak sekitar 100 ribu Alquran atas biaya Presiden Yang Mulia Syeikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, dilansir dari Gulfnews, Selasa (26/12/2023). Pencetakan salinan Alquran ini merupakan gelombang kedua dari proyek yang dicanangkan oleh GAIAE. Pencetakan salinan Alquran ini nantinya akan didistribusikan ke masjid, pusat hafalan dan lembaga amal di dalam maupun luar negeri.
Ketua GAIAE, Omar Habtoor Al Darei memuji kepedulian dan perhatian besar presiden terhadap Al-Quran dan pengajarannya. Omar menghargai dukungan besarnya terhadap pusat-pusat penghafalan Alquran.
Menurut Omar, apa yang dilakukan presidian adalah melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh mendiang Syeikh Zayed bin Sultan Al Nahyan yang meletakkan batu pertama pembangunan pusat hafalan Al-Quran. Pencetakan 100 ribu eksemplar Alquran ini merupakan kelanjutan dari upaya pemerintah UEA untuk mendukung Alquran dan ajarannya.
Proyek ini juga merupakan bagian dari komitmen negara tersebut untuk mempromosikan Islam dan nilai-nilainya di seluruh dunia. Dengan terus mempromosikan nilai-nilai Islam lewat Alquran ke seluruh dunia diharapkan mampu membukakan mata bagi mereka yang membenci Islam.
UEA merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragana Islam. Dan corak Islam di negara tersebut kebanyakan bermazhab sunni. Sama halnya di Indonesia dengan penduduknya mayoritas beragama Islam dan beraliran Sunni.
Islamphobia di negara-negara Eropa menjadi pekerjaan rumah bagi negara-negara berpenduduk mayoritas Islam untuk menyampaikan Islam yang ramah dan damai. Sebagaimana yang terdapat di dalam ajaran Al-Quran.
Melalui berbagai forum-forum internasional para pemimpin Islam harus aktif menyampaikan tentang Islam yang ramah dan damai serta jauh dari stigma kekerasan. Sehingga Islamphobia perlahan dapat terkikis. Rahmat Fajar