REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Palestina mengutuk rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mendorong warga Palestina di Jalur Gaza keluar secara sukarela dari wilayah tersebut. Palestina menyerukan komunitas internasional untuk ikut menentang rencana itu.
"Pengakuan Netanyahu mengenai pengungsian warga kami merupakan pukulan baru bagi negara-negara yang mendukungnya dalam perang genosida di Jalur Gaza," kata Kementerian Luar Negeri Palestina dalam sebuah pernyataan, Senin (25/12/2023), dikutip laman Anadolu Agency.
Kelompok perlawanan Hamas juga mengecam rencana Netanyahu. "Rakyat Palestina tidak akan mengizinkan rencana apa pun yang bertujuan untuk melenyapkan perjuangan mereka (penduduk Gaza) atau mengeluarkan mereka dari tanah dan tempat suci mereka," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Terdapat sekitar 2,2 juta penduduk di Gaza. Menurut PBB, saat ini sekitar 1,9 juta orang atau 85 persen dari populasi Gaza telah kehilangan tempat tinggal akibat agresi Israel. Sebagian dari mereka bahkan kehilangan tempat bernaung lebih dari satu kali.
Saat berbicara di hadapan para anggota parlemen Israel dari partainya, yakni Partai Likud, pada Senin, Netanyahu menyampaikan bahwa dia siap mendorong migrasi sukarela warga Palestina dari Gaza. Namun, Netanyahu mempertanyakan apakah ada negara yang bersedia menerima opsi tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, Netanyahu juga mengatakan bahwa pasukan Israel akan terus berperang di Gaza. "Kami tidak akan berhenti. Kami terus berjuang, dan kami akan mengintensifkan pertempuran dalam beberapa hari mendatang, dan pertempuran akan memakan waktu lama dan belum akan selesai," ujar Netanyahu.