Selasa 26 Dec 2023 17:11 WIB

Tambang Bawah Tanah Bakal Jadi Tren Pertambangan di Masa Depan

Tambang bawah tanah meski biaya tinggi tapi risiko kerusakan kecil

Rep: Intan Pratiwi / Red: Nashih Nashrullah
Pekerja melintasi areal tambang bawah tanah (ilustrasi).  Tambang bawah tanah meski biaya tinggi tapi risiko kerusakan kecil
Foto: ANTARA/Dian Kandipi
Pekerja melintasi areal tambang bawah tanah (ilustrasi). Tambang bawah tanah meski biaya tinggi tapi risiko kerusakan kecil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tren tambang bawah tanah diprediksi akan semakin banyak di masa mendatang mengingat semakin sedikitnya cadangan dekat permukaan.  

Meski menurut Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Bidang Tata Kelola Minerba Kementerian ESDM Irwandy Arif, berbiaya lebih tinggi dalam kegiatan pertambangan, namun memiliki risiko kerusakan yang lebih kecil dibandingkan dengan tambang permukaan. 

Baca Juga

"Tren tambang bawah tanah akan semakin banyak di masa depan mengingat semakin sedikitnya cadangan dekat permukaan. Meski memiliki tantangan berupa biaya investasi yang relatif besar, teknologi yang semakin canggih dan ketersediaan sumber daya manusia namun memiliki peluang pengurangan risiko dampak lingkungan dimana dampak lingkungan yang muncul lebih kecil dari tambang permukaan," kata Irwandy, Selasa (26/12/2023). 

Biaya operasi tambang bawah tanah lebih tinggi dikarenakan adanya tambahan biaya untuk ventilasi, penyanggaan, dan sebagainya. Biaya operasional tambang bawah tanah kira-kira dua kali lebih mahal dibandingkan tambang terbuka. Biaya modal/kapital tambang bawah tanah kira-kira 3-4 kali lebih mahal dibandingkan tambang terbuka. 

"Biaya penambangan bawah tanah memang lebih besar dari tambang terbuka, tapi dengan adanya disruption technologies beberapa biaya bisa terpangkas terbuka," lanjut Irwandy. 

Irwandy mengungkapkan, peluang dan masa depan tambang bawah tanah di Indonesia akan semakin meningkat karena berbagai hal antara lain semakin berkurangnya deposit (cebakan) berkadar tinggi pada atau dekat permukaan untuk ditambang. 

Dengan kata lain, bertambahnya kedalaman deposit akan menyulitkan bila ditambang dengan sistem tambang terbuka karena terbatas stripping ratio dan ditemukannya teknologi baru dalam peralatan tambang bawah tanah. 

Baca juga: Alquran Abadikan Tingkah Laku Yahudi yang Bodoh tapi Berlagak Pintar

“Pengetatan dan pembatasan mengenai masalah-masalah lingkungan, serta berkurangnya mobilitas peralatan mekanik pada tambang terbuka apabila penambangan semakin dalam menjadi alasan selanjutnya,” ujar dia. 

Potensi tambang batubara bawah tanah di Indonesia masih sangat besar misalnya di Barito & Asam-Asam Basins dengan 6 Block yang ada potensi yang terdapat didalamnya dengan total potensi 530.711 MTon di Kutai dan Tarakan Basins dari 13 Block yang ada terdapat potensi 12,344.515 MTon dan di South Sumatera Basins dari 20 Block yang ada terdapat potensi total 20,658.330 MTon batubara.

Saat ini, selain PT Sumber Daya Energi (SDE) yang baru saja meresmikan produksi pertama tambang bawah tanah, terdapat 15 perusahaan tambang batubara bawah tanah lainnya di Indonesia antara lain, CV Air Mata Emas dan PT Nusa Alam Lestari di Sumatra Barat, PT Merge Mining Industri Kalimantan Selatan, PT Kusuma Raya Utama di Bengkulu, PT Gerbang Daya Mandiri Kalimantan Timur, PT Sumber Daya Energi, PT Vipronity Power Energy, PT Sugico Pendragon Energi dan PT Indonesia Multi Energi di Kalimantan Selatan.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement