Selasa 26 Dec 2023 19:03 WIB

Perlukah Orang Late Night Owl Berubah Jadi Morning Person?

Terbiasa bangun pagi selaras dengan jadwal yang berlaku di masyarakat.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Friska Yolandha
Ada istilah untuk orang yang punya kecenderungan bangun pagi atau sebaliknya, lebih senang terjaga hingga larut malam.
Foto: ww.freepik.com
Ada istilah untuk orang yang punya kecenderungan bangun pagi atau sebaliknya, lebih senang terjaga hingga larut malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada istilah untuk orang yang punya kecenderungan bangun pagi atau sebaliknya, lebih senang terjaga hingga larut malam. Sebutan untuk mereka adalah morning person dan late night owl. Dari sudut pandang medis, ada alasan di balik kebiasaan itu.

Penyebabnya adalah kronotipe yang berbeda. Istilah kronotipe merujuk pada kondisi biologis dan genetik seseorang yang berkaitan dengan ritme sirkadian. Tiap individu berkegiatan dengan cara berbeda dan punya ketajaman perhatian berbeda di pagi atau malam hari.

Baca Juga

Perawat terdaftar dan pendidik tidur klinis bersertifikat Terry Cralle menyebut kronotipe setiap orang bersifat unik. Namun, sebagian orang yang terbiasa tidur malam sering kali kesulitan untuk bangun lebih awal di pagi hari.

Terlebih, jika jam kerja yang dimiliki tidak sejalan dengan jam tubuh. "Tentu saja hal ini dapat mengakibatkan kurang tidur dan segala konsekuensinya," ungkap Cralle, dikutip dari laman CNET, Selasa (26/12/2023).

Jika demikian, bisakah seseorang beralih dari satu kronotipe ke kronotipe lain? Terlebih, ada anggapan umum bahwa orang yang bangun pagi lebih produktif dan sukses. Menurut Cralle, perubahan itu bisa dilakukan, tapi butuh kedisiplinan dan konsistensi. Namun, dia berpendapat tidak perlu memaksakan diri mengubahnya.

Dia menyampaikan, umumnya sekitar 25 persen orang merupakan orang yang suka bangun pagi dan sekitar 25 persen lainnya adalah orang yang suka tidur hingga larut malam. Sementara, sisanya berada pada rentang di antara keduanya.  

Bagi banyak orang, bangun pagi memang menghasilkan kebiasaan dan kesehatan yang lebih baik. Tetapi bagi sebagian orang, bangun pagi justru bertentangan dengan kronologi biologis mereka. Padahal, faktor genetika berperan dalam ritme sirkadian alami ini.

Cralle setuju dengan pendapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa mencoba mengubah kronotipe mungkin akan merugikan kesehatan. Penelitian telah menunjukkan bahwa dengan sengaja mengubah jam tubuh tidak serta merta memberikan ciri-ciri yang diasosiasikan dengan orang yang bangun pagi.

Late night owl yang menjadi morning person tak akan otomatis memiliki suasana hati yang lebih baik dan kepuasan hidup yang lebih tinggi. Sebaliknya, perubahan itu bisa berakibat sebaliknya, yaitu suasana hati yang lebih buruk dan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah.

Hanya saja, terbiasa bangun lebih pagi kemungkinan besar akan membuat seseorang lebih selaras dengan jadwal yang berlaku di masyarakat. Selain itu, perlu diingat bahwa kronotipe juga dapat berfluktuasi seiring bertambahnya usia.  

Misalnya, anak kecil cenderung bangun pagi, remaja begadang dan tidur larut malam, dan orang dewasa yang lebih tua cenderung kembali ke preferensi pagi hari. "Jam tubuh Anda saat ini mungkin sebagian merupakan produk dari tahap kehidupan Anda," kata Cralle.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement