REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menikmati camilan manis usai makan malam adalah ritual umum bagi banyak orang. Kebiasaan ini ternyata memiliki dampak terhadap metabolisme dan pola tidur hingga potensi konsekuensi jangka panjang.
Bhakti Samant, kepala ahli gizi di Rumah Sakit Kokilaben Dhirubhai Ambani, Mumbai di India, menjelaskan asupan gula berlebihan bisa menyebabkan resistensi insulin. Ini dapat meningkatkan risiko diabetes tipe dua.
"Tubuh mengubah kelebihan gula menjadi lemak, berdampak pada metabolisme dan mendorong obesitas," ujar Samant, dilansir Indian Express, Selasa (26/12/2023).
Samant menyebut, mengonsumsi makanan manis secara teratur dapat meningkatkan kadar trigliserida, bahkan meningkatkan masalah kardiovaskular. Selain itu, paparan kadar gula yang tinggi secara terus-menerus dapat menyebabkan peradangan dan stres oksidatif, mempercepat penuaan dan berpotensi menyebabkan penyakit-penyakit kronis.
Kebiasaan tersebut dapat mengganggu pola tidur sehingga memengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan. Namun, dr Rutu Dhodapkar, ahli diet klinis di Rumah & Pusat Penelitian Medis P.D. Hinduja, Khar, Mumbai, India yakin mengonsumsi makanan penutup manis juga dapat memberikan efek positif.
Menurut dr Dhodapkar, hidangan penutup memberikan perasaan nyaman setelah makan malam dan memberikan kepuasan usai dikonsumsi karena terjadi pelepasan dopamin. Dopamin ialah neurotransmitter yang bertanggung jawab atas kesenangan dan menimbulkan rasa bahagia dan puas.
"Ada juga pelepasan endomorfin-endomorfin yang bertanggung jawab sebagai penambah suasana hati,” kata dr Dhodapkar.
Dokter Dhodapkar menyebut, bagi mereka yang mengalami kekurangan nutrisi dan mengalami penurunan berat badan, mengonsumsi makanan penutup dapat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi di sela-sela waktu makan besar dan juga sebelum tidur.