REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Aktivitas Gunung Merapi masih cukup tinggi dalam 24 jam terakhir. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengamati bahwa kegempaan di Merapi masih tinggi.
Setidaknya, tercatat 72 kali gempa Guguran (RF) selama periode pengamatan, Selasa (26/12/2023). "Gempa Fase Banyak (MP) tercatat dua kali," kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Rabu (27/12/2023).
Tidak hanya kegempaan, Merapi juga masih terus mengeluarkan guguran lava. Pihaknya mencatat bahwa Merapi mengeluarkan 16 kali guguran lava dalam 24 jam terakhir.
Belasan kali guguran lava tersebut mengarah ke Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter. "Suara guguran dua kali dengan intensitas kecil hingga sedang terdengar dari Pos Babadan," ucap Agus.
Melihat aktivitas Merapi yang masih cukup tinggi, warga maupun wisatawan diminta untuk tidak beraktivitas di kawasan rawan bahaya (KRB) Merapi. Hal ini juga mengingat wisata di lereng Merapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan di masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) ini. "Tingkat aktivitas Merapi masih di level 3 atau siaga," ungkapnya.
Dijelaskan bahwa potensi bahaya Merapi saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas. Potensi bahaya tersebut ada pada sektor selatan-barat daya, meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer.
Selain itu, potensi bahaya guguran lava dan awan panas juga ada pada sektor tenggara yang meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.
"Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya," jelas Agus.
Untuk itu, BPPTKG meminta agar masyarakat khususnya wisatawan agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut. Pihaknya juga meminta agar masyarakat dan wisatawan mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG), terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
"Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka tingkat aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," ungkapnya.