REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasien dengan hipertensi yang resistan terhadap pengobatan kini dapat memperoleh manfaat dari prosedur penanganan terbaru yang telah disetujui Food and Drug Administration, Amerika Serikat. Prosedur invasif minimal ini menargetkan saraf di dekat ginjal untuk membantu mengendalikan tekanan darah tinggi ketika obat gagal melakukannya.
Ahli jantung intervensi dan direktur Institut Klinis Kardiovaskular Mount Sinai di Rumah Sakit Jantung Mount Sinai Fuster, New York City, Amerika Serikat, Samin Sharma, mengatakan, penanganan ini bisa dilakukan pada pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol per awal Desember 2023.
"Saat perangkat itu datang, kami berkata, 'Kami akan mencobanya pada Anda'. Pasien menjawab 'Ya dan sangat senang'," kata Sharma, dikutip dari Fox News, Rabu (27/12/2023).
Sharma menjelaskan, perawatan ini menggunakan alat yang mengikis saraf simpatis yang terlalu terstimulasi di dekat ginjal. Hal ini dapat membantu mengendalikan tekanan darah pasien setidaknya selama lima tahun, dan kemungkinan mencegah kejadian yang mengancam jiwa seperti serangan jantung, strok, pendarahan otak, dan gagal ginjal.
"Denervasi ginjal terus menjadi terapi eksperimental yang menjanjikan sebagai bukti konsep," ungkap Sharma.
Dua perangkat (sistem Denervasi Ginjal Spyral Symplicity Medtronic dan sistem Denervasi Ginjal Ultrasound Paradise) dari Recor Medical, telah menerima persetujuan FDA untuk perawatan ini pada akhir Desember 2023.
Perangkat ini diindikasikan untuk mengurangi tekanan darah sebagai pengobatan tambahan pada pasien dengan hipertensi, yang modifikasi gaya hidup dan obat antihipertensinya tidak cukup mengontrol tekanan darah, demikian pernyataan persetujuan FDA.
Prosedur ini ditujukan bagi individu yang tidak menunjukkan penyumbatan pada arteri ginjal. Selama prosedur satu jam, ahli jantung intervensi memasukkan tabung tipis ke dalam arteri ginjal yang mengirimkan gelombang suara atau energi frekuensi radio yang menargetkan dan mengikis saraf simpatis yang terlalu aktif yang terhubung ke ginjal.
Ini menenangkan aktivitas saraf yang berlebihan, sehingga mengurangi tekanan darah ke otak. Penelitian telah menunjukkan bahwa teknik ablasi ini membantu menurunkan pembacaan tekanan darah sistolik (angka atas) dan diastolik (angka bawah) pada individu, selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
"Kemungkinan besar tidak ada dampak negatif pada ginjal," kata Sharma.
Hanya saja, seperti halnya prosedur apa pun, ada beberapa risiko yang mungkin terjadi. Salah satu risiko potensial adalah kerusakan arteri selama prosedur.
"Kerusakan dapat terjadi pada sekitar satu dari 500 kasus. Kami tidak memperkirakan hal ini akan terjadi, namun hal ini merupakan (potensi) komplikasi," kata Sharma.