REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sejak gencatan senjata satu pekan berakhir November lalu, Israel mengintensifkan serangan terutama di bagian utara Gaza untuk menguasai seluruh permukiman padat penduduk tersebut. Beberapa hari terakhir pertempuran di utara semakin intensif.
Wilayah selatan dan tengah sudah menampung ratusan ribu orang yang terpaksa mengungsi karena serangan-serangan Israel. Petugas medis di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis mengatakan 10 orang Palestina gugur dalam dua serangan udara terpisah Israel.
"Terdapat pengungsi dan warga di dalam rumah, lebih dari 20 orang, anak-anak dan perempuan. Kami berhasil menyelamatkan beberapa anak, tapi sisanya syahid," kata warga Khan Younis, Salah Shaat seperti dikutip dari Al Arabiya, Rabu (27/12/2023).
Serangan tersebut terjadi pada Senin (25/12/2023) sore. Beberapa pekan terakhir, Washington menekan Israel untuk menurunkan skala serangannya agar lebih menargetkan pemimpin-pemimpin Hamas. Namun, Israel mengatakan tidak akan berhenti menyerang sampai Hamas benar-benar berhasil ditumpas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menekan hal itu dalam pertemuannya dengan anggota parlemen usai mengunjungi tentaranya di Gaza. "Kami tidak akan berhenti, perang akan berlanjut sampai akhir, kami akan menyelesaikannya, tidak akan kurang," katanya.
Di CNN pada Selasa (26/12/2023), penasihat Netanyahu, Mark Regev mengatakan menghancurkan Hamas yang menguasai Gaza sejak 2007 merupakan syarat untuk masa depan yang lebih baik bagi Israel dan Palestina.
Anda tidak bisa mendemiliterisasi Gaza...