Kamis 28 Dec 2023 15:06 WIB

Serangan Zionis Israel ke Palestina Mengubah Persepsi Islam di Dunia Barat

Serangan zionis Israel merusak toleransi dan perdamaian dunia.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi pemboman yang dilakukan tentara Israel di Gaza.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Ilustrasi pemboman yang dilakukan tentara Israel di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL--Zionis Israel terus menggempur Gaza, Palestina, yang menyebabkan bangunan-bangunan rusak parah. Korban dari rakyat sipil terus berjatuhan. Namun, di balik itu semua ada hikmah lain dari serangan zionis Israel ke Gaza, yakni ada perubahan persepsi positif terhadap Islam di dunia Barat.

Mereka menentang teror yang terus dilancarkan oleh zionis Israel terhadap Gaza. Dan aksi tersebut turut memicu peningkatan minar terhadap agama Islam.

Baca Juga

Jurnalis sekaligus aktivis Australia, CJ Werleman, kepada Anadolu mengevaluasi dampak serangan zionis Israel ke Gaza terhadap persepsi Islam dan Muslim di Barat. Werleman mengatakan selama dua dekade, media Barat telah menggambarkan umat Islam sebagai ancaman keamanan. Mereka menggambarkan Islam sebagai gerombolan pria berkulit coklat dan berjanggut dan memiliki niat melakukan kekerasan karena keyakinan dari agama Islam.

Namun, serangan Israel ks Gaza sejak 7 Oktober lalu mengubah persepsi tersebut. Menggambarkan Islam sebagai agama yang penuh kekerasan berbalik arah sebaliknya.

“Masyarakat kini melihat orang-orang yang angkuh dan mulia, yang tetap menantang, rendah hati, dan kuat dalam menghadapi kekejaman, penindasan, dan penderitaan yang tak terbayangkan," ujar Werleman.

Orang-orang Barat kini menyaksikan bagaimana warga Palestina menyebut nama Allah ketika dikeluarkan dari reruntuhan bangunan. Dan warga Palestina hanya menuntut kebebasan dari kemiskinan dan ketakutan sebab serangan Israel.

"Inilah sebabnya mengapa begitu banyak orang Barat kini mempelajari Al-Quran dan belajar tentang Islam," kata Werleman menambahkan.

Werleman juga melihat adanya upaya pembungkaman, ancaman, dan menghukum secara sistematis terhadap mereka yang pro Palestina baik melalui media maupun media sosial. Ia mengungkapkan kelompok Hak Asasi Manusia telah mendokumentasikan lebih dari 250 pembungkaman terhadap jurnalis, penulis, akademisi dan aktivis di bulan pertama perang. Mereka dipecat dari pekerjaannya karena membela Palestina.

Agregator berita terbesar di Eropa, Axel Springer memerintahkan editornya agar menampilkan angka yang kecil untuk kematian warga Palestina. Mereka justru memberikan porsi lebih besar terhadap cerita-cerita korban yang dialami oleh Israel dalam serangan Hamas pada 7 Oktober. Mereka pun menggiring opini agar mempertanyakan laporan korban warga Palestina.

“Pembingkaian ini menukar pelaku genosida di Gaza dengan korban di benak penonton," katanya.

Namun, dukungan dunia warga dunia terhadap Palestina tak bisa dibendung. Kota-kota di Amerika dan Eropa dengan intens sejumlah warganya melakukan demonstrasi pro-Palestina serta gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi terus meningkat dan membuat rugi perusahaan yang berafiliasi dengan Israel. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement