REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan kontestasi pemilihan umum (pemilu) presiden dan legislatif harus memperkuat nilai-nilai keindonesiaan, bukan sebaliknya.
"Kontestasi pemilu presiden maupun pemilu legislatif diharapkan berlangsung memperkuat nilai-nilai dasar keindonesiaan," ujar Haedar Nashir dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (28/11/2023).
Haedar mengingatkan soal kegigihan para pendiri bangsa dalam membangun nilai-nilai dasar keindonesiaan. Menurutnya, para pendiri negara sangat serius menyiapkan Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat.
Dia mengingatkan agar para elite dan kontestan yang maju dalam Pemilu Presiden (Pilpres) maupun Pemilu Legislatif (Pileg)untuk mengingat kembali sejarah berdirinya Indonesia.
Dengan demikian, kata dia, diharapkan dinamika politik yang terjadi di masa menuju pemilu ini benar-benar menjaga marwah bangsa.
Dia mengaku sangat tidak ingin menyaksikan pemilu mendatang berlangsung pragmatis dan oportunistik. "Yaitu pemilu yang hanya mencari menang," ujarnya.
Menurut Haedar, penting diperhatikan adalah apa yang dilakukan setelah menang atau terpilih nanti. "Kita kan tidak mungkin menyerahkan nasib 200 juta lebih penduduk kepada elite yang hanya asal menang," katanya.
Dia menerima bahwa memang dalam pemilu pasti ada pemenangnya. Namun, kata dia, siapapun yang menang itu memang memiliki kemampuan kenegarawanan.
Di sisi lain, dia meminta agar penyelenggara pemilu, terutama KPU dan Bawaslu bisa menjaga marwah pemilu yang bermartabat. Dia tidak menginginkan pemilu mendatang diwarnai kecurangan yang dominan.
Sementara itu Sekretaris Umum Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengingatkan soal pentingnya nilai-nilai substansial dalam demokrasi.
"Jangan sampai demokrasi kita demokrasi zombie. Demokrasi yang berjalan tanpa ruh," kata Mu'ti.
Dia menginginkan pemilu mendatang harus berjalan secara menyenangkan, adil, jujur, dan penuh persahabatan. Mu'ti menilai edukasi politik untuk masyarakat penting sekali dijalankan oleh elemen bangsa, seperti masyarakat sipil, ormas, juga media.
Dia mengajak kepada masyarakat agar menjadikan Pemilu 2024 sebagai ajang politik riang gembira. Menurut Mu'ti kegembiraan berpolitik perlu dibangun oleh semua kalangan termasuk para pejabat.
Baca juga: Alquran Abadikan Tingkah Laku Yahudi yang Bodoh tapi Berlagak Pintar
Dia menginginkan setiap orang menganggap jabatan sesuatu yang biasa saja. Faktanya adalah orang-orang menganggap jabatan sebagai sesuatu yang sangat istimewa. Dengan begitu, Mu'ti yakin politik Indonesia akan berlangsung riang gembira.
Mu'ti menegaskan Pemilu harus tidak menakutkan. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan Mu'ti mengeklaim Pemilu akan berjalan secara fair, adil dan jujur. Suasana seperti itu diharapkan dapat terwujud.
"Itu bisa terbangun kalau suasana friendship," ujar Mu'ti dalam Refleksi Akhir Tahun 2023, di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (28/12/2023).