REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) memastikan sudah menyiapkan sejumlah rencana strategis yang akan diterapkan pada 2024. Direktur Utama KPEI Iding Pardi mengatakan, program tersebut untuk mendukung kegiatan transaksi bursa.
"Rencana strategis ini seperti pengembangan penyelesaian transaksi derivatif menggunakan Sub Rekening Efek (SRE) KSEI, pengembangan modul repo, pengembangan sistem kliring, dan sistem risk management derivatif keuangan," kata Iding, Jumat (29/12/2023).
Dia menambahkan, KPEI juga memiliki strategi untuk pengembangan produk yang dimiliki. Beberapa diantaranya seperti pengembangan sistem e-IPO untuk efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), implementasi dan penyempurnaan kliring CCP OTC derivative, serta Pengembangan Sistem Collateral Management.
Dari sisi SDM, Iding menegaskan, KPEI juga berkomitmen untuk meningkatkan kapasitasnya. Hal tersebut dilakukan rangka mendukung operasional dan pengembangan perusahaan.
"Selain itu KPEI juga akan konsisten melaksanakan penyempurnaan infrastruktur, perangkat, dan teknologi informasi untuk mendukung peningkatan kapasitas transaksi dan transparansi," ungkap Iding.
Sebelumnya, Iding mengatakan KPEI telah menyisihkan laba bersih untuk dialokasikan ke cadangan jaminan sebesar lima persen dari laba bersih perusahaan 2022. Hal itu berdasarkan persetujuan RUPS Tahunan pada 29 Mei 2023 yaitu sebesar lima persen dari laba bersih Bersih KPEI 2022 atau senilai Rp 12,7 miliar sehingga total nilai cadangan jaminan yang dikelola oleh KPEI pada akhir Desember 2023 mengalami kenaikan menjadi Rp 194,14 miliar
Hingga 20 Desember 2022, Iding memastikan, total nilai dana jaminan tercatat senilai Rp 7,74 triliun. Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang senilai Rp 7,01 triliun.