REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bekerja adalah sebuah keharusan bagi setap manusia. Bekerja adalah bentuk tanggung jawab seseorang untuk menghidupi diri sendiri maupun orang lain, seperti anak dan istri atau keluarga lainnya.
Oleh karena itu mayoritas orang berbondong-bondong membangun usaha agar ekonominya terjamin. Namun demikian, Islam memberikan rambu-rambu bagaimana membangun dan menjalankan usaha dalam mencari rezeki agar sesuai dengan perintah agama.
BACA JUGA: Sedang dalam Kesulitan? Ini Tata Cara Sholat Hajat, Mulai dari Niat Sampai Doanya
Sebab manusia dipenuhi oleh hawa nafsu yang besar sehingga Allah memberikan batasan-batasan dalam bekerja. Dalam firman Allah disebutkan:
"Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa dan kamu mengetahuinya". (QS al-Baqarah (2):188).
Rasulullah juga bersabda, "Sesungguhnya Allah mengharamkan darah, harta dan kehormatan kalian".
BACA JUGA: Tidak Tidur Usai Sholat Subuh, Ini yang Dilakukan Nabi Muhammad Agar Tetap Bugar
Al-Harits al-Muhasibi dalam bukunya Kerja Halal Hidup Berkah menekankan bagaimana seseorang dalam bekerja untuk mencari rezeki tidak melampaui batas. Sebab melampaui batas adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah. Al-Harits menegaskan bersikap melampaui batas adalah suatu sikap tercela.
Ia mengajak kepada umat Islam agar dalam berusaha tetap mengikuti rambu-rambu yang telah diperingatkan oleh Allah dan Rasulullah. Beberapa sifat terpuji dalam berusaha, yaitu menegakkan ketaatan kepada Allah, mencari usaha yang cocok dan dibenarkan oleh Allah, dan berhenti ketika melampaui batas.
Dalam berusaha mencari rezeki, Islam juga mengajarkan beberapa amalan dzikir, sholat dan doa-doa. Tujuannya agar rezeki yang didapatkan berkah dan dimudahkan.