Sabtu 30 Dec 2023 11:38 WIB

Pesan-Pesan Duka di Kain Kafan Warga Gaza

Banyaknya syuhada membuat kain kafan jadi simbol atas perang ini serta paralel dengan warna bendera Palestina.

Rep: Kabar Dunia dan Indonesia/ Red: Partner
.
Foto: network /Kabar Dunia dan Indonesia
.

Warga<a href= Palestina berduka atas kematian kerabat mereka dalam pengeboman Israel di Rafah, Jalur Gaza. (AP Photo/Hatem Ali)" />
Warga Palestina berduka atas kematian kerabat mereka dalam pengeboman Israel di Rafah, Jalur Gaza. (AP Photo/Hatem Ali)

DIPLOMASI REPUBLIKA, GAZA – Tak hanya air mata. Pesan-pesan duka warga Gaza torehkan di kain kafan yang membalut jasad orang-orang tercinta yang menjadi korban serangan membabi-buta militer Israel. Sudah 21 ribu warga sipil yang menjadi korban akibat serangan Israel dalam 12 pekan.

‘’Hidupku, mataku, jiwaku,’’ demikian tulisan yang seorang suami tuliskan di kain kafan yang membungkus tubuh kaku istrinya. Seorang anak laki-laki yang berduka atas kematian ibunya, juga menuliskan pesan duka pada kain kafan ibunya, ’’Ibuku dan segalanya.’’

Melewati 12 pekan serangan, sehelai kain kafan menjadi simbol duka lara atas kematian warga sipil Gaza. Dan hanya kain kafan yang stoknya tetap melimpah dibandingkan kebutuhan pokok lain yang diperlukan warga Gaza, seperti makanan, air, dan obat-obatan yang kini langka.

Diakui, tak semua kain kafan membalut jasad orang-orang yang mereka cintai. Dalam kondisi kacau akibat perang, ada pula yang digunakan untuk jenazah yang belum teridentifikasi identitasnya. Dalam beberapa kasus tertulis di kain kafan itu ‘’perempuan atau laki-laki tak dikenal.’’

Maka itu, demi memudahkan identifikasi oleh keluarganya di kemudian hari, sebelum pemakaman maka petugas berwenang memfoto jenazah itu. Informasi lainnya yang dicantumkan adalah tanggal dan tempat serangan yang menyebabkan orang tersebut meninggal dunia.

Jika konflik terus bereskalasi, diperkirakan pasokan kain kafan yang disumbangkan oleh negara-negara Arab atau lembaga amal bisa memenuhi kebutuhan. Namun, kesulitannya adalah membawa jenazah-jenazah korban serangan Israel itu karena kurangnya transportasi.

Terkadang ada ketimpangan pasokan kafan di antara area tertentu dari area lainnya. ‘’Tantangannya banyak. Kami kekurangan pisau dan gunting untuk memotong kain kafan,’’ kata Mohammed Abu Mussa, relawan pemakaman, seperti dilansir Reuters, Sabtu (30/12/2023).

Ia menambahkan, ada blokade dan tak banyak barang di Gaza yang menyebabkan pisau, gunting, dan kapas susah ditemukan. Banyak orang, kata dia, meninggal yang membuat kadang-kadang sumbangan kafan tak mencukupi.

Mau tak mau, saat kondisi itu terjadi relawan akan mengafani empat hingga lima jenazah dalam satu kain kafan. Direktur RS Abu Yousef Al Najjar, Marwan Al-Hams menyatakan, kain kafan menandakan pula penderitaan di Gaza.

‘’Banyaknya syuhada membuat kain kafan jadi simbol atas perang ini serta paralel dengan warna bendera Palestina,’’ katanya. Warna putih kain kafan juga merujuk pernyataan Nabi Muhammad agar umatnya mengenakan pakaian putih dan membalut jenazah dengan kain putih.

(AP Photo/Fatima Shbair)
(AP Photo/Fatima Shbair)

Seorang dokter di sebuah rumah sakit di sebelah selatan Kota Rafah menuturkan, bantuan kain kafan dari negara-negara Arab biasanya berupa paket yang disertai dengan sabun, parfum, kapas, dan eucalyptus.

Abdel-Hamid Abdel-Atti, jurnalis setempat, menuturkan pemakaman pada masa perang ini berlangsung di tengah lokasi yang hancur dan kacau. Enam jasad yang dicintainya termasuk ibu dan saudara laki-lakinya harus ditarik dari puing-puing bangunan.

Keenam orang itu kehilangan nyawa akibat serangan Israel terhadap kamp pengungsian Al-Nusseirat, Gaza pada 7 Desember. Serangan itu menghantam bagian atas sebuah bangunan, para penghuninya saat itu dalam keadaan terlelap.

Atti memperoleh kafan dari rumah sakit dan membalutkannya ke jasad para saudaranya. ‘’Pertama, saya kafani saudara laki-laki saya, yang lainnya dibalut menggunakan selimut dan mengikatnya kencang. Kemudian membalutnya dengan kain kafan,’’ katanya.

Kesedihan meliputi Atti dan ia tak mengerti mengapa kerabat, saudara laki-laki, dan ibunya menjadi korban. ‘’Saya membalut mereka dengan kain kafan, saya tak mengerti apa kesalahan mereka. Mengapa Israel membunuh mereka saat mereka tidur dengan damai?’’ (reuters/han)

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement