Sabtu 30 Dec 2023 19:05 WIB

Meski Alami, Tawas tak Sepenuhnya Aman Buat Kulit

Sebagian orang khawatir dengan bahan kimia sintetis pada deodoran.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Deodoran antiprespiran. Khawatir dengan bahan kimia deodoran, warganet beralih ke tawas.
Foto: Reiny Dwinanda/Republika
Deodoran antiprespiran. Khawatir dengan bahan kimia deodoran, warganet beralih ke tawas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tawas merupakan senyawa aluminium yang memiliki banyak kegunaan. Blok tawas, misalnya, dapat digunakan sebagai deodoran antiprespiran untuk mengurangi luka pasca bercukur atau menghentikan pendarahan akibat luka kecil.

Bahan kimia ini adalah zat astringen dan bakteriostatik, yang berarti menghambat pertumbuhan bakteri. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa deodoran yang mengandung aluminium dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

Baca Juga

Selain risiko kanker payudara, tawas mungkin mempunyai beberapa potensi risiko lainnya pada kulit, antara lain adalah  keracunan, penyakit Alzheimer, dan racun lingkungan. Berikut penjelasan detailnya, dilansir Medical News Today, Sabtu (30/12/2023).

Keracunan

Mata dapat iritasi jika terkena tawas atau styptic pencil. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang.

Jika tawas mengenai mata, seseorang harus segera melepas kacamata atau lensa kontak dan membilas mata terus menerus dengan air bersuhu ruangan selama 15-20 menit. Produk-produk tawas juga dapat menyebabkan keracunan ringan, jika tertelan.

Tertelan tawas dapat menyebabkan mual, muntah, atau sakit perut. Namun, gejala-gejala ini akan hilang dengan cepat, dan makan atau minum dapat mengurangi efeknya.

Jika seseorang menelan tawas atau bagian dari styptic pencil dalam jumlah besar, atau jika mengalami gangguan fungsi ginjal, mereka harus menghubungi Pengendalian Racun untuk mendapatkan bantuan.

2. Kanker payudara

Environmental Working Group (EWG) mencatat bahwa beberapa penelitian menemukan hubungan antara antiperspiran yang mengandung aluminium dan insiden kanker payudara yang lebih tinggi. Namun, beberapa penelitian lama mengenai topik ini belum memberikan hasil yang sama.

Sebuah penelitian pada tahun 2017 terhadap lebih dari 400 wanita menemukan bahwa seringnya penggunaan antiprespiran yang mengandung aluminium ada kaitannya dengan keberadaan aluminium di jaringan payudara.

Para peserta dengan kanker payudara memiliki konsentrasi aluminium yang lebih tinggi dalam jaringan payudara mereka dibandingkan dengan peserta sehat tanpa penyakit tersebut. Itu menunjukkan bahwa hal ini mungkin merupakan faktor risiko perkembangan kanker payudara.

Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk membuktikan jika aluminium pada jaringan payudara dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

3. Penyakit Alzheimer

Sebuah tinjauan tahun 2008 terhadap 34 penelitian menemukan hubungan antara aluminium dan proses neurologis yang menyebabkan penyakit Alzheimer. Namun, tinjauan tersebut tidak membahas penggunaan tawas secara spesifik. Sebaliknya, penelitian ini meneliti risiko paparan aluminium dalam bentuk apa pun, termasuk topikal, oral, dan lingkungan.

Oleh karena itu, penelitian-penelitian  yang lebih spesifik mengenai penggunaan tawas topikal diperlukan untuk melihat apakah ada korelasinya dengan penyakit Alzheimer.

4. Racun lingkungan

Para ilmuwan percaya bahwa tawas mungkin beracun bagi lingkungan, dan mereka menduga tawas mungkin juga bersifat biokumulatif. Artinya, zat tersebut terakumulasi di habitat-habitat atau tubuh hewan-hewan, bukan terurai. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami apakah hal ini memang benar terjadi dan apa dampaknya.

Selain itu, penggunaan tawas pada kulit terkadang dapat menimbulkan sejumlah efek samping. Ini mungkin termasuk perasaan geli, rasa sesak, rasa kering, dan rasa gatal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement