Ahad 31 Dec 2023 12:14 WIB

Netanyahu Kini Bertekad Kuasai Perbatasan Gaza-Mesir

Konflik ini telah memicu kekhawatiran bahwa akan tersu menyebar ke seluruh kawasan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi tentara Israel di Jalur Gaza, Senin (25/12/2023). Dalam kunjungannya itu Netanyahu menerima pengarahan keamanan dari komandan dan tentara Israel yang bertugas di jalur Gaza. Israel kembali membombardir jalur Gaza lewat serangan udara pada Ahad (24/12/2023) yang menewaskan setidaknya 78 warga Palestina di Gaza.
Foto: Avi Ohayon/GPO/Handout via AP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi tentara Israel di Jalur Gaza, Senin (25/12/2023). Dalam kunjungannya itu Netanyahu menerima pengarahan keamanan dari komandan dan tentara Israel yang bertugas di jalur Gaza. Israel kembali membombardir jalur Gaza lewat serangan udara pada Ahad (24/12/2023) yang menewaskan setidaknya 78 warga Palestina di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, YERSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan tekadnya untuk mengambil kembali kendali atas perbatasan Jalur Gaza dengan Mesir. Ia juga berniat memperluas misi Israel untuk menetralisir Hamas dalam konflik yang diperkirakan akan berlangsung selama berbulan-bulan.

“Perang sedang mencapai puncaknya,” kata Netanyahu kepada wartawan pada Sabtu (30/12/2023). Sejak pertempuran 7 Oktober 2023 terjadi, sebanyak 1.200 orang telah tewas dan 240 orang menjadi sandera. Netanyahu mengatakan zona penyangga yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir, harus berada di tangan Israel. “Itu harus ditutup,” kata Netanyahu. “Jelas bahwa pengaturan lain apa pun tidak akan menjamin demiliterisasi yang kita inginkan,” ia melanjutkan. 

Baca Juga

Dia tidak menjelaskan lebih lanjut, namun langkah Israel seperti itu secara de facto merupakan kebalikan dari penarikan pasukannya dari Gaza pada 2005, yang menempatkan daerah kantong tersebut di bawah kendali eksklusif Israel setelah bertahun-tahun dipimpin oleh Hamas. Komentar Netanyahu mengenai zona penyangga ini, kembali muncul ketika pasukan militer Israel terus melancarkan serangan yang berulang kali ditegaskan oleh perdana menteri akan berlangsung “berbulan-bulan lagi.”

Menyusul serangan Hamas yang mengejutkan pada awal Oktober, Israel melancarkan serangan besar-besaran di Gaza, menyebabkan hampir 2,3 juta penduduknya mengungsi dan menewaskan sedikitnya 21.672 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan di Gaza. Konflik ini juga telah menyebabkan lebih dari 56 ribu orang terluka. 

Warga dan petugas medis mengatakan pertempuran hari Sabtu (30/12/2023) kini terfokus di al-Bureij, Nuseirat, Maghazi dan Khan Younis di Gaza tengah dan selatan. Media Hamas melaporkan pada Sabtu, Abdel-Fattah Maali, seorang anggota senior sayap bersenjata kelompok itu, tewas dalam serangan Israel di Gaza. Dikatakan, Maali, yang berasal dari Tepi Barat, dibebaskan pada pertukaran tahanan tahun 2011 dan diusir ke Gaza. 

Laporan tersebut tidak menyebutkan secara spesifik kapan dia dibunuh. Israel mengatakan 172 personel militernya tewas dalam pertempuran di Gaza. Konflik yang terjadi saat ini, telah memicu kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat menyebar ke seluruh kawasan, dan berpotensi melibatkan kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Irak, Suriah, dan Yaman yang telah saling baku tembak dengan Israel dan sekutunya AS, atau menargetkan pengiriman barang dagangan.

 

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement