REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merekam 2.202 kali gempa bumi yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sepanjang tahun 2023.
"Fenomena ini disebabkan oleh aktivitas pada zona subduksi Lempeng Indo-Australia dan sekitar sistem Sesar Opak," kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Sleman Setyoajie Prayoedhie dalam keterangannya di Yogyakarta, Senin (1/1/2024).
Setyoajie menjelaskan puncak frekuensi gempa bumi di DIY terjadi pada Desember 2023 dengan 273 kali gempa, sedangkan jumlah terendah terjadi pada Mei dengan 105 kejadian gempa. Menurut dia, salah satu peristiwa gempa bumi yang terasa terjadi pada 30 Juni 2023 dengan kekuatan Magnitudo 6.4.
Gempa yang berpusat di laut, 83 kilometer barat daya Kabupaten Bantul tersebut tercatat menyebabkan kerusakan. Meski demikian, Setyoajie menyebutkan gempa bumi sepanjang 2023 di DIY masih didominasi gempa dangkal kecil yang mencapai 1.982 kali seiring dengan peningkatan rapatnya jaringan seismograf BMKG.
"Masyarakat agar tenang dan waspada, serta menjauhi isu yang belum jelas kebenarannya," katanya.
BMKG Yogyakarta bakal menggencarkan promosi penguatan mitigasi gempa bumi di seluruh lapisan masyarakat. "BMKG bertekad menyajikan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika dengan cepat, tepat, akurat, dan mudah dipahami. Langkah ini sebagai pencegahan untuk mengurangi dampak buruk gempa bumi di wilayah ini," kata Setyoajie.
BMKG telah menggelar kegiatan literasi dengan menyelenggarakan Sekolah Lapang Geofisika dan BMKG Goes to School sepanjang 2023, melibatkan 10.248 peserta dari berbagai kalangan sebagai komitmen memberikan pemahaman yang lebih luas.
Kegiatan tersebut menjadi bagian dari Tsunami Ready Community, sebagai usaha BMKG dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, termasuk simulasi praktik. "Harapannya, masyarakat memiliki kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana alam yang dapat terjadi akibat aktivitas gempa bumi," katanya.