Senin 01 Jan 2024 15:50 WIB

Dear Boss, Komunikasi dan Keterbukaan Bikin Karyawan Betah Bekerja

Kembangkan budaya di mana karyawan merasa dihargai.

Karyawan (ilustrasi)
Foto: kolombloggratis.blogspot.com
Karyawan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun muncul pola kerja baru akibat pandemi Covid-19, dalam hal keseimbangan otoritas di tempat kerja, responden di Asia Tenggara memandang perusahaan masih memiliki pengaruh dan kendali yang lebih besar dibandingkan karyawan terkait berbagai isu. Seperti, penghargaan kerja, retensi, dan cara kerja. 

Sebelum pandemi, 48 persem responden di Indonesia (Asia Tenggara 55 persen) setuju bahwa keseimbangan otoritas di tempat kerja menguntungkan perusahaan. Angka ini naik sedikit menjadi 50 persen pada 2022 dan turun lagi menjadi 48 persen saat ini.

Baca Juga

Hal ini menunjukkan bahwa lebih sedikit responden di Indonesia dan Asia Tenggara yang percaya bahwa perusahaan mempunyai pengaruh yang lebih besar di tempat kerja saat ini dibandingkan sebelum pandemi terjadi.

EY Indonesia Consulting Partner, Lusi Lubis, mengatakan, untuk lebih memahami ekspektasi karyawan di tengah ketidakpastian ekonomi, perusahaan perlu semakin rutin menjalin komunikasi terbuka. "Dengan komunikasi, karyawan merasa nyaman mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap perusahaan dan karier profesional mereka," kata Lusi melalui keterangan tulis dikutip Senin (1/1/2024).

Disrupsi yang terjadi selama bertahun-tahun menyebabkan perusahaan dan karyawan memiliki perspektif yang berbeda dalam hal prioritas, tekanan, dan prospek. Sejumlah besar karyawan membutuhkan nominal remunerasi yang lebih baik di tengah tingginya inflasi dan biaya hidup. Hal tersebut demi mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik dan agar dapat memiliki keterampilan tambahan yang menunjang keberhasilan di tengah dunia kerja yang dinamis.

Menurut EY 2023 Work Reimagined Survey terbaru, 46 persen karyawan Indonesia kemungkinan akan berhenti dari perusahaan di mana mereka bekerja dalam 12 bulan ke depan, dengan alasan utama yaitu program kesejahteraan dan peningkatan karier. Mempertimbangkan fakta ini, para pemimpin perusahaan harus menyadari bahwa mereka kemungkinan besar akan kehilangan karyawan terbaiknya dalam waktu dekat.

"Oleh karena itu, pemimpin harus mampu mengambil tindakan yang memungkinkan organisasi memperoleh manfaat dari kemajuan teknologi terkini, sambil mempertahankan budaya organisasi yang tangkas, tangguh, dan berorientasi pada kepentingan karyawan," ungkap Lusi.

Lusi menambahkan, salah satu hal terpenting adalah menciptakan lingkungan kerja yang positif dan memotivasi, sehingga dapat mengembangkan budaya kerja di mana karyawan merasa dihargai, didukung, dan terinspirasi untuk melakukan yang terbaik. Selain itu, perusahaan tidak boleh meremehkan pentingnya kepercayaan dan empati demi mencapai hasil yang lebih baik.

 

Lanjutkan membaca >>>

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement