REPUBLIKA.CO.ID, SUMEDANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa telah terjadi dua kali gempa susulan pascagempa bermagnitudo 4,8 di Sumedang, Jawa Barat, pada Ahad (31/12) malam. Gempa susulan cenderung muncul dengan kekuatan yang melemah.
"Setelah gempa merusak Sumedang bermagnitudo 4,8 tadi malam, hingga siang ini hanya terjadi dua kali gempa susulan, magnitudo kecil, tidak dirasakan, yaitu gempa keempat magnitudo 2,9 pukul 23.23 WIB, kedalaman 7 kilometer dan gempa kelima magnitudo 2,4 pukul 03.47 WIB kedalaman 5 kilometer," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan, di Jakarta, Senin (1/1/2024).
Pihaknya memastikan gempa susulan ini tidak dirasakan dan tidak menimbulkan kerusakan. Gempa Sumedang memiliki episenter di Kota Sumedang dan dipicu oleh sesar aktif yang jalurnya terdapat di wilayah tersebut.
"Gempa bumi Sumedang yang terjadi merupakan jenis gempa bumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif," katanya.
Gempa Sumedang yang dirasakan pada Ahad (31/12/2024) terjadi sebanyak tiga kali, yaitu pada pukul 14.35 WIB dengan magnitudo 4,1, pada pukul 15.38 WIB dengan magnitudo 3,4, dan pukul 20.34 WIB dengan magnitudo 4,8. Pihaknya menjelaskan lokasi tiga episenter gempa Sumedang ini terletak berdekatan dengan ujung timur laut jalur sesar Cileunyi - Tanjungsari.
"Gempa Sumedang ini diduga berasosiasi dengan terusan dari sesar Cileunyi - Tanjungsari," kata Daryono.
Menurut dia, berdasarkan sejarah, Sumedang pernah mengalami gempa bumi besar bermagnitudo 4,5 pada 19 Desember 1972. "Gempa kerak dangkal saat itu menyebabkan kerusakan banyak bangunan rumah dan longsoran di Cibunar, Rancakalong, Sumedang, Jawa Barat," katanya.
Pihaknya menjelaskan kerusakan yang terjadi akibat gempa Sumedang dikarenakan kedalaman gempa yang sangat dangkal, yaitu hanya 5 kilometer. "Gempa sangat dangkal ini menjadikan percepatan getaran tanah di permukaan tanah masih sangat kuat hingga memicu guncangan sangat kuat," kata Daryono.