Selasa 02 Jan 2024 08:48 WIB

Konsumsi Diproyeksi Tetap Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi 2024

Pada 2024, kemungkinan besar bisa tumbuh setidaknya 5,05 persen.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Pengunjung memilih bermacam kain batik saat Pemaran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Wastra Nusantara atau kain tradisional nusantara dalam rangka HUT ke-29 Kodiklat TNI AD, di halaman Gedung Mohammad Toha, Kodiklat TNI AD, Jalan Aceh, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (16/12/2023). Kegiatan tersebut diharapkan menjadi wadah bagi pelaku UMKM dan produk kain tradisional nusantara untuk meningkatkan penjualan, memperluas pasar, serta memberikan dampak positif dalam menggerakkan perekonomian lokal dan mendorong pertumbuhan kewirausahaan. Acara berlangsung dari 15 -17 Desember 2023.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Pengunjung memilih bermacam kain batik saat Pemaran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Wastra Nusantara atau kain tradisional nusantara dalam rangka HUT ke-29 Kodiklat TNI AD, di halaman Gedung Mohammad Toha, Kodiklat TNI AD, Jalan Aceh, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (16/12/2023). Kegiatan tersebut diharapkan menjadi wadah bagi pelaku UMKM dan produk kain tradisional nusantara untuk meningkatkan penjualan, memperluas pasar, serta memberikan dampak positif dalam menggerakkan perekonomian lokal dan mendorong pertumbuhan kewirausahaan. Acara berlangsung dari 15 -17 Desember 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menyoroti, ekonomi Indonesia untuk tahun 2023 masih bisa tumbuh 5 persen dengan lower bound 4,9 persen. Salah satu faktor yang menunjang dari sisi konsumsi.

"Untuk 2024, kemungkinan besar bisa tumbuh setidaknya 5,05 persen," ujarnya dalam keterangan, Senin (1/1/2024).

Baca Juga

Pertumbuhan tersebut sedikit lebih lambat daripada 2023 dan di bawah target pemerintah 5,2 Persen. Namun, menurut perhitungannya, perhitungan untuk lolos dari middle income trap setidaknya sampai pada 2038 butuh pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen.

"Untuk sampai 6 persen, butuh ekspor year on year (yoy) 9,8 persen, icore yakni produk inovasi dalam pengelolaan pembangkit berbasis digital 4.0 sebesar 5,12 persen," ungkapnya.

Adapun kontribusi sekfor manufaktur terhadap GDP sekitar 25-26 persen juga mengembalikan arah deindustrialisasi yang dialami saat ini yang kontribusinya sekitar 19 persen.

"Bila kembali ke tiga target dari masing-masing kandidat itu apa risikonya? Kita pakai target moderat 5,5-6,5 persen, ini target yang bagus, within the range. Kalau dilihat dari perhitungannya, oke, masuk. Risiko terhadap overheating perekonomian, kalau misal dipacu terlalu tinggi, ibarat kita di tol Cipali, kita ingin menuju tujuan dengan cepat berarti kita harus menggas," jelasnya.

"Tapi misalnya dengan cara yang aman antara 5,5-6,5 persen, kita bisa sampai tapi tidak cepat," sambungnya.

Kolaborasi yang kokoh dan terstruktur lintas sektor dan elemen masyarakat juga akan memberi dampak penting dalam merawat Indonesia. Tidak hanya merawat, juga harus siap meruwat Indonesia. Ruwat merupakan upaya membersihkan diri dari beban masa silam dan menyiapkan langkah untuk masa depan untuk merehabilitasi hidup.

Harapannya kolaborasi yang kita bangun perlu mengupayakan keselarasan yang harmoni antara jiwa, kehendak, dan tindakan dalam mencicil tujuan mewujudkan Indonesia yang sejahtera.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement