Selasa 02 Jan 2024 13:46 WIB

IHSG Tumbuh 6,16 Persen, Tertinggi Kedua Setelah Vietnam

Market cap mencapai 11.674 triliun atau tumbuh 22,9 persen YOY

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam sesi doorstop usai menghadiri pembukaan perdagangan bursa di Gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (2/1/202).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam sesi doorstop usai menghadiri pembukaan perdagangan bursa di Gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (2/1/202).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan pada 202 kinerja pasar modal mencatatkan sejumlah pencapaian. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan per 29 Desember 2023 pada sesi penutupan, IHSG ditutup pada level 7.272,8 atau tumbuh 6,16 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

''Pertumbuhan IHSG merupakan tingkat tertinggi kedua setelah Vietnam," kata Mahendra dalam pembukaan perdagangan bursa di Gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (2/1/2024). 

Dia menuturkan, market cap juga mencapai 11.674 triliun atau tumbuh 22,9 persen secara tahunan. Sementara itu, Mahendra juga menyebut indeks acuan obligasi Indonesia juga tumbuh 8,63 persen. 

Selain itu Indeks saham syariah juga ditutup pada level 212,64 atau terkoreksi sebesar 2,33 persen secara tahunan. Dia menambahkan, kpitalisasi pasar RP 6.146 triliun atau meningkat 28,41 persen.

Mahendra menambahkan, juga terdapat peningkatan dana di pasar modal melalui penawaran umum yang terpantau meningkat. "Sampai 29 Desember 2023, permintaan pembiayaan, OJK telah menerbitkan 222 penawaran umum terdiri dari 77 penawaran umum perdana saham, 25 penawaran umum terbatas, dan 120 penawaran umum efek bersifat utang dan sukuk," jelas Mahendra.

Di tengah tensi geopolitik yang terus meningkat dan prospek pertumbuhan ekonomi global yang melambat, Mahendra mengatakan beberapa indikator ekonomi global mulai menunjukan sedikit perbaikan. Tingkat inflasi di negara-negara maju mula menurun meskipun masih jauh di atas target bank sentral negara-negara maju. 

"Sehingga sentimen di pasar keuangan cenderung lebih positif didukung harapan berakhirnya kenaikan suku bunga global," ucap Mahendra. 

Optimisme juga turut dipengaruhi peluncuran berbagai insentif di China. Mahendra menilai perkembangan tersebut mendorong penguatan pasar keuangan global, dan menurunkan volatilitas di pasar saham, surat utang, dan nilai tukar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement