REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi 2023 sebesar 2,61 persen secara tahun ke tahun (yoy). Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, terjadi inflasi 2023 sebesar 2,61 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,56. Sementara, inflasi secara bulanan yakni Desember tercatat sebesar 0,41 persen. Amalia menyebutkan, inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 5,08 persen dengan IHK sebesar 120,82 dan terendah terjadi di Bandung sebesar 0,63 persen dengan IHK sebesar 116,16.
"Inflasi tahunan terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran," ucap Amalia.
Amalia menjelaskan, kelompok yang memiliki andil terbesar dalam inflasi 2023 meliputi kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,18 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,78 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,50 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,57 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,94 persen; kelompok transportasi sebesar 1,27 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,20 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,69 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,97 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,07 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,55 persen.
BPS juga menjabarkan, tekanan inflasi komponen inti secara tahunan terus mengalami penurunan. Komoditas yang memberikan andil inflasi pada Desember 2023 di antaranya adalah emas perhiasan, biaya sewa rumah, biaya kontrak rumah, gula pasir, dan upah asisten rumah tangga.
Inflasi inti secara tahunan pada Desember 2023 tercatat sebesar 1,80 persen. Angka itu turun drastis dibanding inflasi inti pada Desember 2022 yang mencapai 3,36 persen.