REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Segala kesenangan hidup industri hiburan yang mengepung kita, misalnya— menjadi media mengasyikkan bagi setan untuk mejerumuskan manusia.
Dalam Virus of the Mind, Richard Brodie mengingatkan, virus kejahatan yang menyebar lewat dunia hiburan mudah sekali merusakkan akal budi kita. Ketika akal budi runtuh, setan berjaya membangun singgasananya dalam hati dan pikiran kita.
Dengan masygul Rasulullah SAW menasihati kita agar berhati-hati benar pada segala kesenangan dunia. Sebab, di situlah setan bersembunyi menjebak kita.
Hanya Allah SWT yang mampu melindungi kita agar selamat dari segala tipu daya setan.
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Jika engkau ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah pada Allah. Sesungguhnya Allah Mahamendengar lagi Mahamengetahui” (QS Al A’raf [7] : 200).
Di zaman teknologi digital serbacanggih sekarang ini, kata Dr ‘Aidh Al Qarni, jurus tipuan setan juga lebih canggih dari kemampuan kita untuk menangkalnya. Begitu canggih, begitu lihai, begitu halus tipuan setan, sampai-sampai kita tidak sadar mengikuti pola pikir dan tingkah laku persis setan.
Sungguh terkutuk itu setan. Apakah kita, manusia, tidak tahu? Sejak Nabi Adam AS sampai menjelang kiamat kelak, tak ada manusia yang tak tahu setan itu memang penipu dan pengkhianat besar.
Manusia menjadi tumbal setan, karena pada hakikatnya manusia itu makhluk lemah. Mudah sekali dirayu, digoda, dan akhirnya dikuasai setan. Terlebih lagi jika setan sudah merasuk ke dalam tubuh kita. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ “Sesungguhnya setan itu mengalir dalam diri anak Adam laksana aliran darah” (HR Bukhari dan Muslim).
Baca juga: Suka Bangun Malam Hari Kemudian Ingin Tidur Lagi, Baca Doa Rasulullah SAW Ini
Alquran juga membeberkan pengkhianatan setan secara terbuka kepada para pengikutnya yang, dalam Kitab Suci disebutkan, dalam keadaan hina, putus asa, terlunta-lunta, dan tanpa pembela.
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي ۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ ۖ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ ۖ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ ۗ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Saat perkara hisab telah diselesaikan, berkatalah setan, 'Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu, namun aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku. Oleh sebab itu, janganlah kalian mencerca aku. Cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu'” (QS Ibrahim [14] : 22).