Selasa 02 Jan 2024 17:47 WIB

Potensi Inflasi di Tahun Politik, BPS: Tergantung Produsen

Amalia menyampaikan sejumlah sektor seperti beras akan memiliki andil dalam inflasi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti.
Foto: Dok Humas BPS
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan dampak tahun politik terhadap inflasi pada 2024 akan sangat tergantung pada keputusan produsen. Amalia mengatakan, indeks harga konsumen (IHK) sebagai basis pengukuran tingkat inflasi yang didorong oleh keputusan produsen.  

"Kenaikan permintaan barang dan jasa selama masa kampanye tentu akan direspons pelaku usaha seperti makanan," ujar Amalia saat konferensi pers rilis berita resmi statistik bertajuk "Potret Inflasi Indonesia selama 2023" di Jakarta, Selasa (2/12/2024).

Baca Juga

Amalia mengatakan, keputusan produsen barang dan jasa dalam menaikkan harga produk selama tahun politik akan memiliki andil dalam inflasi. Amalia menyampaikan BPS akan mengukur harga yang diterima konsumen sesuai dengan basis IHK untuk inflasi.  

"Dampaknya baru terlihat jika pelaku usaha menaikkan harga sebagai respons kenaikan permintaan akibat pemilu. Kita tunggu di Januari atau Februari apakah akan terjadi perubahan harga produk yang diterima konsumen," ucap Amalia. 

Amalia menyampaikan sejumlah sektor seperti beras akan memiliki andil dalam inflasi. Sebagai gambaran, beras merupakan satu dari lima komoditas terbesar yang memiliki andil terhadap inflasi pada Desember 2023 sebesar 0,02 dan menjadi penyumbang inflasi terbesar sepanjang 2023 dengan 0,53 persen terhadap inflasi umum.

Amalia mengatakan BPS juga akan mengkaji kenaikan cukai sejumlah produk seperti rokok, rokok elektrik, plastik, dan minuman berpemanis terhadap inflasi untuk awal 2024. Berdasarkan data historis, Amalia menyebutkan dampak kenaikan cukai terhadap inflasi terjadi secara bertahap. 

"Inflasi dari rokok sebagai respons atas kenaikan cukai biasanya terjadi secara bertahap di setiap bulan sepanjang tahun. Tidak langsung serta merta PMK keluar, langsung ada kenaikan inflasi. Ini diduga akan memberikan andil inflasi pada bulan-bulan berikutnya, kemungkinan pada inflasi Januari atau berikutnya," lanjut Amalia. 

Amalia mengatakan peningkatan kontribusi kenaikan cukai juga akan tergantung pada keputusan produsen, seperti minuman berpemanis dalam meningkatan harga produk. Hal serupa juga terjadi pada seluruh produk yang mengalami kenaikan cukai. 

"Apakah beban kenaikan cukai akan langsung dibebankan pada harga produk. Tergantung respons produsen. Kalau harga naik, baru terekam andilnya terhadap inflasi, walau bobot minuman berpemanis tidak terlalu signfikan dalam keranjang konsumsi," kata Amalia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement