Selasa 02 Jan 2024 21:58 WIB

Kapolda Sebut Gangguan Teroris KKB Masih akan Warnai Kamtibmas di Papua 2024

Kapolda minta perusahaan di Papua berkoordinasi dengan aparat

Kapolda Papua Mathius Fakhiri minta perusahaan di Papua berkoordinasi dengan aparat dalam operasionalnya.
Foto: Antara
Kapolda Papua Mathius Fakhiri minta perusahaan di Papua berkoordinasi dengan aparat dalam operasionalnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA— Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius Fakhiri mengakui, pihaknya masih memprediksi gangguan teroris kelompok kriminal bersenjata (KKB) masih mewarnai kamtibmas di Tanah Papua pada 2024. 

Memang benar gangguan keamanan yang disebabkan KKB masih mewarnai kamtibmas di Tanah Papua, apalagi di tahun ini ada agenda politik yakni pemilu. 

Baca Juga

"Untuk meminimalkan jatuhnya korban akibat gangguan keamanan yang diakibatkan KKB pihaknya berharap agar pimpinan perusahaan yang mempekerjakan karyawannya agar senantiasa berkoordinasi dengan aparat keamanan yang ada di wilayah itu," harap Kapolda Irjen Pol Fakhiri di Jayapura, Selasa (2/1/2023). 

Fakhiri mengatakan koordinasi itu perlu agar aparat mengetahui bila ada kegiatan pengerjaan bangunan terutama di wilayah yang masuk kategori rawan gangguan KKB. 

Dengan adanya koordinasi maka aparat keamanan mengetahui adanya pekerja atau warga yang berada di daerah atau wilayah tertentu sehingga bisa dipantau. 

Selama 2023, aksi yang dilakukan KKB di wilayah hukum Polda Papua tercatat 196 kali yang menyebabkan 63 orang meninggal dunia, 81 luka-luka dan satu orang masih disandera. 

Tercatat 23 prajurit TNI meninggal dan 24 orang luka,tiga anggota Polri meninggal dan tujuh orang luka, masyarakat 37 orang meninggal dan 50 orang luka serta seorang masih disandera.

"Satu warga yang masih disandera KKB yaitu Phillip Mehrtens yang berprofesi sebagai pilot di Susi Air yang disandera sejak Februari 2023," jelas Mathius.  

Sebelumnya akhir tahun lalu, kelompok seperatisme Papua Merdeka kembali mengabarkan aksi pembunuhan yang menargetkan personel Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pada Selasa (26/12/2023), Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengeklaim menembak mati satu anggota TNI dalam baku tembak di wilayah Maybrat, Sorong, di Papua Barat.

Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, mengatakan, kontak tembak kelompoknya dengan TNI terjadi di Kampung Bousha, Aifat Selatan, Maybrat, terjadi sejak Senin (25/12/2023).

“Laporan dari TPNPB-OPM wilauah IV Sorong Raya dibawah pimpinan Deny Moos dan Arnoldus Yansen bertanggungjawab atas serangan tersebut,” begitu kata Sebby dalam siaran pers yang diterima wartawan di Jakarta, Selasa (26/12/2023).

Serangan tersebut, kata Sebby dilakukan terhadap Pos Militer TNI. “Dua anggota TNI berhasil ditembak. Dan satu anggota TNI berhasil ditembak mati,” begitu kata Sebby. Pengakuan TPNPB-OPM di wilayah Sorong ini, pun bukan kali pertama.

Pada 16 Desember 2023 lalu, TPNPB-OPM juga mengeklaim membunuh satu anggota TNI saat melakukan serangan di Kampung Sory, Aifat Selatan. Namun sampai berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari pihak TNI.

Sebelumnya, TPNPB-OPM juga mengeklaim melakukan serangan terhadap konvoi Tentara Nasional Indonesia (TNI) di wilayah Maybrat, Papua Barat Daya. Satu personel militer disebutkan terbunuh dalam serangan tersebut. 

Dan satu prajurit TNI lainnya disebutkan terluka akibat serangan itu. Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) juga bertanggung jawab atas pembunuhan satu personel TNI di Yahukimo, Papua Pegunungan.

Sebby, dalam siaran pers yang diterima wartawan di Jakarta menyampaikan, serangan terhadap konvoi militer Indonesia terjadi di Kampung Kamat, Distrik Aifat Timur pada Ahad (3/12/2023) lalu.

“Pasukan TPNPM wilayah IV Sorong Raya yang dipimpin Mamfred Fatem telah serang konvoi kendaraan militer dan polisi Indonesia dan berhasil tembak dua anggota TNI dan salah-satunya tewas di tempat,” begitu kata Sebby, Rabu (6/12/2023). Adapun satu satu personel militer lainnya, kata Sebby terkena tembakan.

Sebby dalam pernyataannya itu juga menyampaikan, pasukan TPNPB-OPM juga bertanggung jawab atas kematian personel TNI atas nama Rusli di kawasan Sungai Boto, di Nduga, Papua Pegunungan, pada Jumat (1/12/2023) lalu.

Baca juga:  Suka Bangun Malam Hari Kemudian Ingin Tidur Lagi, Baca Doa Rasulullah SAW Ini

Sebby mengatakan korban tersebut, adalah personel TNI dari pasukan penembak jitu yang beroperasi di Nduga dan juga di Yahukimo. Kata Sebby, personel yang dibunuh oleh kelompoknya tersebut selama ini menyamar sebagai pedagang dengan membuka usaha kios. 

“Selama ini dia buka kios di depan rumahnya. Dan pada saat peringan 1 Desember 2023 pasukan TPNPB berhasil bunuh dia,” begitu kata Sebby. Klaim dari TPNPB - OPM tersebut sampai saat ini belum mendapatkan tanggapan dari pihak TNI. Kapendam Cenderawasih Kolonel Inf Johanis Parinussa tak memberikan respons untuk menjawab kebenaran peristiwa versi kelompok separatisme tersebut. Dari Markas Besar (Mabes) TNI di Jakarta, pun tak memberikan komentar.   

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement