REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan dalam 24 jam terakhir korban jiwa akibat serangan Israel ke pemukiman Palestina itu bertambah 207 orang. Dengan laporan Selasa (2/1/2023) total kematian warga Palestina dalam perang yang sudah berlangsung selama tiga bulan menjadi 22.185 orang.
Perang Gaza pecah usai serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023. Israel mengklaim dalam serangan lintas batas itu Hamas membunuh hampir 1.200 orang dan menculik 240 orang lainnya.
Israel mengatakan, mereka berusaha menghindari korban jiwa dan luka dari warga sipil. Tel Aviv menuduh Hamas menanam pejuangnya di tengah pemukiman warga. Hamas membantah tuduhan tersebut.
Serangan Israel ke Rumah Sakit Al Shifa pada November lalu menimbulkan kekhawatiran nasib warga sipil dan pasien di dalamnya. Israel mengklaim Hamas menggunakan terowongan di bawah rumah sakit itu sebagai markas dan menggunakan pasien sebagai perisai manusia.
Seorang pejabat Amerika Serikat mengatakan hasil asesmen badan mata-mata AS menunjukkan Hamas dan Islam Jihad menggunakan al-Shifa untuk mengkomando pasukan dan menyandera beberapa tawanan. Tapi sebagian besar sudah dievakuasi sebelum pasukan Israel masuk.
Serangan tanpa henti Israel ke Gaza yang dihuni 2,3 juta jiwa menimbulkan bencana kemanusiaan. Ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Sumber keamanan Palestina dan Lebanon mengatakan Israel membunuh wakil ketua Hamas Saleh al-Arouri dalam serangan drone di Beirut, Lebanon.
Sebelum pembunuhan itu ketua Hamas Ismail Haniyeh yang juga berada di luar Gaza mengatakan gerakan pembebasan Palestina akan merespon usulan gencatan senjata Mesir. Ia menegaskan kembali syarat mutlak Hamas dalam setiap kesepakatan ada "gencatan senjata penuh" serangan Israel ke Gaza yang ditukar dengan pembebasan sandera Israel yang ditawan Hamas. Israel yakin masih terdapat 129 sandera di Gaza.
Seratus lebih sandera sudah dibebaskan dalam gencatan senjata akhir November lalu. Sementara sisanya tewas dalam serangan udara Israel atau berhasil melarikan diri dan diselamatkan.
Israel berjanji akan terus menyerang Gaza sampai berhasil melenyapkan Hamas. Tapi tidak jelas rencana terhadap pemukiman Palestina tersebut dan dampaknya pada prospek pendirian negara Palestina.
Departemen Luar Negeri AS mengecam pernyataan "menghasut dan tidak bertanggung jawab" menteri kabinet Israel Bazelel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir yang mengadvokasi pengusiran warga Palestina keluar Gaza.
Pernyataan itu menimbulkan kekhawatiran dunia Arab, Israel ingin mengusir seluruh rakyat Palestina dari tanah mereka yang diharapkan menjadi negara Palestina di masa depan. Mengulang kembali pengusiran besar-besaran rakyat Palestina saat pendirian negara Israel pada 1948.